Pilpres 2019
Partai Demokrat Ungkap 4 Blunder dalam The New Jokowi dan Dampaknya pada The New Prabowo
The New Jokowi tampil emosional dan meledak-ledak sementara The New Prabowo tampil santai dan tidak mudah dipancing emosinya.
Partai Demokrat melalui salah seorang juru bicaranya, Jansen Sitindaon mengungkapkan pekan blunder yang dilakukan kubu Presiden Joko Widodo (Jokowi).
The New Jokowi dan The New Prabowo, diungkapkan Jansen Sitindaon, yang menjelaskan, The New Jokowi tampil sangat ofensif dan emosional, sebaliknya dilakukan The New Prabowo.
"Jadi, itu tampak misalnya saat debat pertama, Jokowi itu sangat ofensif, totally offensive kalau istilah kami," kata Jansen Sitindaon memberikan ulasannya dalam siaran talk show yang disiarkan TV One, Senin (4/2/2019).
Jansen Sitindaon mengungkap sejumlah keuntungan yang didapatkan pihaknya menyikapi penampilan kubu Jokowi yang melakukan sejumlah blunder yang sangat merugikan karena seperti mencetak gol bunuh diri ke gawang sendiri.
• Fadli Zon Bikin Puisi Lagi, Kali Ini Berjudul Doa yang Ditukar
• Romahurmuziy Dianggap Mendikte Kiai Mbah Moen, PPP Kubu Humphrey Djemat: Manusia Macam Apa Itu?
• Romahurmuziy Klarifikasi Video Kiai Maimoen Doakan Keberhasilan Prabowo Subianto
• VIDEO VIRAL: Didatangi Jokowi, Doa KH Maimoen Zubair untuk Prabowo, Ketum PPP Lalu Bisikkan Sesuatu
Jansen menjelaskan, The New Jokowi tampil emosional dan meledak-ledak sementara The New Prabowo tampil santai dan tidak mudah dipancing emosinya.
"Istilah kami, pekan blunder untuk kubu Pak Jokowi," katanya.
Jansen Sitindaon merinci 4 blunder gol bunuh diri yang dilakukan kubu Jokowi:
1. Menkominfo menyatakan, yang menggaji ibu siapa?
2. Menpora, Imam Nahrawi memberikan surat edaran untuk menyanyikan Indonesia Raya sebelum film di bioskop diputar.
3. Wali Kota Semarang melarang yang tidak dukung Jokowi lewat jalan tol.
4. Doa yang tertukar.
"Belum lagi, soal doa tertukar," katanya, saat dia memberikan analisis tentang tampilnya Jokowi sebagai pihak yang melakukan serangan hebat terhadap kubu Prabowo Subianto.
Peristiwa doa yang tertukar itu terkait dengan pembacaan doa yang dilaksanakan di kediaman KH Maimoen Zubair, yang membacakan doa untuk Prabowo Subianto, saat di sebelahnya adalah Presiden Joko Widodo alias Jokowi dan rombongannya.

Menkominfo, Rudiantara banyak dikecam karena mengintimidasri seorang ibu yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS), saat diketahui, dia tidak mendukung pasangan Jokowi.
Kemudian terlontar pertanyaan sinis tersebut.
• Viral Soal #YangGajiKamuSiapa Menkominfo Bilang PNS Harus Netral

Akibatnya, Rudiantara menjadi bulan-bulanan bahkan tagar Yang Menggaji Ibu Siapa menjadi trending topic di Indonesia dan bahkan mendunia atau Trending Topic World Wide (TTWW).
Ungkapan siapa yang menggaji ibu telah menyulut berbagai reaksi negatif yang disampaikan sejumlah kalangan.
"Dalam debat pertama, keluar tuduhan Jokowi yang mengarah fitnah seperti menuduh Prabowo menandatangani caleg koruptor," katanya.
• Rachland Nashidik Bongkar Wali Kota Larang Warga Lewat Tol karena Bukan Hanya Dibangun Era Jokowi
• Konser Dewa 19 Diwarnai Hujan Air Mata Iringi Tangis Histeris Al dan Dul Teringat Ahmad Dhani
Terbukti, kata Jansen Sitindaon, saat caleg yang merupakan bekas koruptor diumumkan KPU ternyata memang bukan ditandatangani Prabowo Subianto seperti halnya dilakukan di sejumlah parpol lainnya yang diumumkan.
"The New Prabowo menjadi lebih halus, menjadi lebih baik, The New Jokowi menjadi lebih emosional, lebih ofensif," katanya.
Karena itu, kalangan netizen juga memberikan ulasan terkait latar belakang serangan Jokowi yang terjadi merupakan jawaban atas aksi blunder dari kejadian sebelumnya.
Jokkowi memang tampil ofensif menyerang pesaingnya bahkan menyerang Prabowo Subianto dan menyerang Sandiaga Salahuddin Uno.
• Jokowi Mulai Terapkan Gaya Kampanye Menyerang Kubu Prabowo, Pengamat Sebut Terlambat
• Bantah Pernyataan Jokowi, Rusia Tegaskan Tak Terlibat Politik di Indonesia
• Orang Dekat Presiden Jokowi Akhirnya Tanggapi Tangis Dul saat Iringi Lagu Khusus untuk Ahmad Dhani
Sebelum ini, Wakil Sekjen Partai Demokrat, Rachland Nashidik mengungkapkan, pembangunan jalan tol tidak hanya dilakukan di era Joko Widodo (Jokowi).
Pembangunan jalan tol di Jawa misalnya sudah dibangun sejak masa Presiden Soeharto dan kemudian dilanjutkan di era presiden setelah itu.
Termasuk di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Karena itu, pemikiran yang dikembangkan kubu Jokowi agar warga yang tidak bersedia memilih dia untuk tidak melewati jalan tol adalah penyesatan.
Menurut Rachland Nashidik, pembangunan jalan tol di Semarang sudah dibangun sejak pemerintahan SBY.
1. Tol ini sudah dibangun sejak Pemerintahan SBY.
2. Tidak dibangun oleh duit pribadi Jokowi.
3. Masuk harus bayar.
Tapi Pak Wali merasa kuasa mengatur pilihan politik dan duit orang lain. Pikiran begini kita sebut ....?
Pemikiran yang diungkap Wali Kota Semarang itu sudah lebih dulu disebarkan buzzer di media sosial dan sejumlah pihak yang mendukung Jokowi.
Hal tersebut serta merta dibantah Rachland Nashidik dan sejumlah pihak lainnya.
Banyak kalangan netizen juga mengecam pandangan yang disampaikan oleh kubu Jokowi tersebut.
Narasi yang dibangun itu bisa menjadi kabar buruk dan blunder andaikata pendukung Jokowi dilarang lewat jalan arteri dan jalan tol yang dibangun di era Presiden Soeharto.
Demikian halnya dengan pembangunan jalan dan infrastruktur di era Presiden SBY.
Sebelumnya, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meminta masyarakat untuk tidak menggunakan jalan tol jika tidak mendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di pemilihan presiden 2019.