Jurnalis Arab Saudi Hilang

100 Hari Berlalu, Kematian Jurnalis Jamal Khashoggi Masih Misteri, Termasuk Keberadaan Jasadnya

"Pembunuhan Jamal Khashoggi adalah bagian dari serangan yang meningkat terhadap kebebasan pers yang dilakukan oleh para tiran di seluruh dunia."

AFP/Jim Watson/businessinsider.sg
SEORANG pengunjuk rasa mengenakan pakaian seperti Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dengan darah di tangannya, sebagai bentuk protes atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi yang diduga kuat melibatkan sang pangeran, di depan Kedutaan Arab Saudi di Washington, DC, 8 Oktober 2018. 

JURNALIS asal Arab Saudi Jamal Khashoggi tewas dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober 2018.

100 hari berlalu sejak kematiannya, jasadnya tidak pernah ditemukan dan kasusnya juga masih diselimuti misteri.

Untuk menandai 100 hari kematian Khashoggi, Anggota parlemen Amerika Serikat, rekan kerja sang jurnalis, dan kelompok kebebasan pers mengenang sosok yang menjadi bagian dari Time Person of the Year 2018 itu.

Ternyata, Pangeran MBS Masih Minta Nasihat kepada Terduga Otak Pembunuhan Jamal Khashoggi

Pelaku Utama Mutilasi Jamal Khashoggi Bersembunyi di Vila Berkolam Renang di Jedah

Menampilkan potret Khashoggi menghadap bendera AS, upacara dimulai dengan momen hening.

"Pembunuhan Khashoggi merupakan kekejaman dan penghinaan terhadap kemanusiaan," kata Ketua DPR AS Nancy Pelosi, Kamis (10/1/2019).

"Jika kita memutuskan bahwa kepentingan komersial harus mengganti pernyataan yang kita buat dan ambil, maka kita telah kehilangan moral untuk membahas kekejaman di mana pun, kapan pun," ucapnya.

Pernyataan Pelosi merujuk pada respons Presiden AS Donald Trump terhadap Saudi atas kasus Khashoggi, yang memicu kemarahan anggota parlemen di seluruh spektrum politik.

CEO Washington Post Fred Ryan mengatakan, kematian Khashoggi bukan hanya tentang pembunuhan seorang jurnalis yang tidak bersalah.

"Pembunuhan Jamal adalah bagian dari serangan yang meningkat terhadap kebebasan pers yang dilakukan oleh para tiran di seluruh dunia," tuturnya, seperti diwartakan AFP.

Di Bawah Ancaman

Sementara itu, Direktur Reporter without Borders cabang Amerika, Margaux Ewen, memperingatkan bahwa wartawan, blogger, dan pekerja media berada di bawah ancaman setiap hari.

"Bersama-sama, mari kita pastikan pengorbanan orang-orang seperti Jamal tidak sia-sia," katanya.

Pembunuhan Jamal Khashoggi, Sekjen PBB Serukan Penyelidikan yang Kredibel

Cabut Komedi Sindiran Soal Pembunuhan Jamal Khashoggi, Netflix Diserang Aktivis HAM

Amnesty International sebelumnya juga memohon penyelidikan yang dipimpin PBB atas kematian Khashoggi.

"Kami sekali lagi menyerukan penyelidikan internasional di bawah otoritas PBB terhadap pembunuhan Jamal Khashoggi," ujar Goksu Ozahishali, salah satu perwakilan kelompok hak asasi di Turki.

"Kami menuntut keadilan bagi Jamal Khashoggi yang berjuang untuk kebebasan berekspresi di dunia Arab," kata Ozahishali.

Aktivis Amnesty International kemudian secara simbolis menggantungkan tanda jalan bertuliskan "Jamal Khashoggi Street" di dekat konsulat Saudi, untuk menandai 100 hari kematian sang jurnalis. (Veronika Yasinta)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "100 Hari Kematian Khashoggi, Dunia Masih Berduka"

Sumber: Kompas.com
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved