VIDEO: Pedagang Sebut Penjualan Parcel Natal di Cikini Menurun
penjualan parcel di Jalan Cikini Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat terlihat lesu.
Penulis: Joko Supriyanto | Editor: Ahmad Sabran
Memasuki hari raya Natal dan Tahun Baru 2019 penjualan parcel di Jalan Cikini Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat terlihat lesu. Hal tersebut tentunya mempengaruhi omset pendapatan para pedagang yang di akui mulai menurun.
Berdasarkan pantauan, dimana penjual parcel pada saat Natal dan Tahun Baru cenderung lebih sedikit, hanya ada sekitar lima sampai enam pedagang yang mencoba peruntungannya di hari natal dan tahun baru 2019 ini dengan berjualan parcel.
Meski diantaranya sudah puluhan tahun berjualan parcel musiman tersebut, rupanya saat Natal dan Tahun Baru seperti ini, tidak berdampak kenaikan omset yang diterima oleh para pedagang. Bahkan para pedagang mengakui bahwa sejah tiga tahun terakhir, penjulan parcel mengalami penurunan.
"Kalo Natal dan Tahun Baru seperti ini memang turun dibandingkan lebaran, kalo lebaran itu alhamdulilah omset lumayan yang kami dapat, cuma kalo Natal Tahun Baru memang sepi," kata Mayas (60), salah satu pedagang, Minggu (23/12/2018).
Meski cenderung sepi, Mayas mengaku tak punya pilihan lain untuk tetap berjualan parcel saat musim hari raya seperti ini. Menurutnya penjualan parcel merupakan turun temurun pekerjaan musiman yang sudah ia geluti sejak tahun 76.
Ia mengaku sejak pihak Kecamatan memberikan izin untuk mengelar lapaknya di area trotoar terhitung sejak 1 Desember lalu hingga 29 Desember mendatang, namun hingga dua hari jelang natal pendapatannya belum mencolok, bahkan cenderung sepi pembeli.
"Kalo sekarang-sekarang paling pendapatan itu hanya 30 persen saja. Makannya barang kita juga ngak bisa ambil banyak, tapi kalo lebaran memang lebih rame, itu pengeluaran pasti ketutup, ya kita ngak punya pilihan lain, karena ini kan emang udah ada sejak dulu," ujarnya.
Parcel yang dijaul, dikatakan Mayas setiap barang di bandrol dengan harga yang cukup bervariasi tergantung isi dari parcel tersebut, bahkan tak hanya itu, bentu kranjang parcel pun juga memiliki tarif yang berbeda. Jika kranjang biasa dibandrol paling murah Rp. 3000 dan yang paling mahal desain kayu yang mencapai Rp. 150 ribu.
"Kalo parcel harganya bervariasi paling murah itu Rp. 200 ribu sampai Rp. 750 ribu tergantung isinya kalo isinya yang mahal-mahal pasti bahal. Cuma kalo pecahan lebih malah itu sampai Rp. 2 jutaan dibandingkan isi makanan ringan," ucapnya.
Selain itu Pian salah satu pedagang mengaku berharap untuk kedepannya, pemerintah atau pihak terkait dapat memberikan fasilitas yang layak akan penjualan parcel-parcel di Cikini. Sehingga daya minat beli masyarakat meningkat.
"Harapan memberikan fasilitas untuk pedagang musiman. Soalnya kadang ngak di izinkan berdagang padahal kita hanya musiman setahun dua kali. Intinya diberikan izin biar kita ngak repot lagi, apalagi sekarang daya beli mulai turun," ucapnya. (JOS)