Masih Kecewa, Fifi Lety Bandingkan Film A Man Called Ahok dengan Jenderal Soedirman

Kali ini, Fifi Lety membandingkan film A Man Called Ahok besutan Putrama Tuta dengan film Jenderal Soedirman karya Viva Westi.

Kolase foto/net
Film A Man Called Ahok dan Film Jendral Sudirman 

Ia hanya menuntut yang terbaik mengenai gambaran kedua orangtuanya dalam film A Man Called Ahok.

Secara tegas ia menyampaikan bahwa ayah dan ibunya selalu berpenampilan rapih sesuai dengan kepentingannya. Baik ketika bekerja, acara resmi maupun acara keluarga.

Penampilan rapi yang menjadi ciri khas orangtuanya itu sama sekali tak digambarkan dalam film A Man Called Ahok.

"Jujur saja ini contoh aja. Gaya Papa pakai baju tambang khusus ciri khas beliau, selalu pakai baju safari di setiap acara resmi juga acara ultah saya setiap tahun barengan open house. Papa selalu pakai safari dan mama selalu dandan cantik menghormati tamu-tamu yang datang. Papa pakai baju selalu dimasukkan, rapi banget, rambut selalu disemir rapi. Mama pun selalu cantik, baju bagus-bagus dan selalu dandan rapi. Ini memori kami yang indah," ucapnya.

Fifi Lety sangat menyesali tindakan sang pembuat film yang memilih syuting terlebih dahulu daripada riset dan diskusi untuk koreksi transkrip film tersebut.

Dari hal itu ia dapat menilai bahwa penggarapan film A Man Called Ahok tidak memiliki keseriusan dan totalitas terhadap seluruh tokoh yang akan diperankan.

"Contoh film anak 'Hoki'. Walaupun cuma inspired by Ahok, mereka kasih transkrip dulu, diapproved dulu baru shooting. Coba mereka serius tentang tokoh Papa juga. Kan saya bisa mengenang Papa saya dengan memori dan juga karakter Papa dan Mama. Paling tidak mendekati seperti @vjdaniel dengan@basukibtp," ujarnya.

Oleh karena itu, dirinya tidak tertarik untuk menonton film A Man Called Ahok yang Gala Premiere-nya telah diputar di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (5/11/2018) malam.

"Sekali lagi saya tidak nonton bukan tidak support Ahok tetapi saya tidak mau 'merusak' memori indah saya soal Papa. Karena hanya ini yang saya punya. My treasure, my sweets memories of my hero, my father. The way he care and love us. Untuk semua yang support buat film ini Terimakasih, GBU. Yang mau nonton Silakan," tutur Fifi Lety.

Sebelumnya, pasca Gala Premiere film A Man Called Ahok, adik sekaligus pengacara Ahok yang bernama Fifi Lety membongkar sejumlah kebohongan dibalik cerita film hasil besutan Putrama Tuta tersebut.

"Tetapi ternyata setelah film jadi, saya enggak tega nontonnya. Masa kecil kami dan papa-mama kami jadi beda bahkan sopir kami pun beda," ujar Fifi Lety melalui akun Instagramnya, Selasa (6/11/2018) malam.

Ia pun tak kuasa membendung kesedihannya lantaran gambaran sosok ayahnya telah dirusak oleh film tersebut. Bahkan ia menyebut, andai saja ayahnya masih hidup pasti yang bersangkutan akan marah terhadap mereka yang membuat kebohongan itu.

"Sedih! Kok Papa saya kayak gitu cara pakaiannya, gayanya semua beda," katanya.

Menurutnya jika cerita sebuah film diangkat dari kisah nyata, maka segalanya harus sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi. Mulai dari ceritanya, karakternya hingga pakaian yang digunakan oleh para pemeran diusahakan sama dengan yang sebenarnya.

Orang yang memerakan tokoh yang diperankan paling tidak pernah bertemu dengan tokoh aslinya (kalau masih hidup). Kalau pun sudah meninggal dunia, minimal melihat foto-foto yang bersangkutan melalui riset terlebih dahulu.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved