Pesawat Jatuh
Mesin Kompresor dan Balon Udara Dikirim untuk Mengangkat Mesin Lion Air
Mesin kompresor diangkut dengan menggunakan crane milik TNI AL dari Dermaga JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok.
Penulis: Junianto Hamonangan | Editor: Gede Moenanto
Mesin kompresor dan balon udara dikirim untuk mengangkat mesin pesawat Lion Air PK-LQP yang lokasinya sudah ditemukan.
Peralatan dibawa dengan menggunakan Landing Craft Utility (LCU) KRI Banda Aceh.
Mesin kompresor diangkut dengan menggunakan crane milik TNI AL dari Dermaga JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara menuju ke perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (3/11/2018).
“Dengan LCU tadi kita mengirimkan kompresor udara bertekanan tinggi dilengkapi dengan balon udara,” kata Komandan Satuan Kapal Amfibi Koarmada I, Kolonel Bambang Trijanto, Sabtu.

Bambang menambahkan, balon udara diperlukan karena mesin terlalu berat untuk diangkat dari dasar laut. Nantinya balon udara digunakan untuk membuat mesin pesawat mengapung dari dasar laut ke permukaan dimana pemasangan dilakukan oleh tim penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawa Air (Dislambair) TNI AL.
“Rencananya, balon udara ini akan digunakan oleh para penyelam dari Dislambair yang sudah di lokasi tempat mesin pesawat. Nanti balon udara ini akan kita gunakan untuk mengapungkan mesin pesawat. Setelah itu nanti akan diangkat menggunakan crane di KRI Torani atau Banca Aceh untuk dibawa lagi ke JICT,” ucapnya.
Sebelumnya, roda pesawat Lion Air PK-LQP berhasil ditemukan oleh tim penyelam Dislambair TNI AL, Jumat (2/11/2018) dan tiba di Dermaga JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (3/11/2018) dengan menggunakan LCU KRI Banda Aceh.
Tidak berapa lama kemudian roda pesawat tersebut diletakkan di pinggir dermaga tempat barang-barang penumpang dan serpihan pesawat digelar.
Selanjutnya, roda pesawat langsung dicek oleh petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Menurut analisa Bambang, dirinya menduga roda pesawat yang berhasil ditemukan itu merupakan roda depan.
Pasalnya, peredam kejut (shock absorber) dari temuan roda tersebut hanya satu.
“Dilihat dari shocknya kan itu hanya satu, kalau ban yang kanan kiri kan ada dua, ini kelihatannya ban depan. Titik penemuan hampir sama dengan ditemukannya FDR kemarin,” ungkapnya.