Pilpres 2019

Jokowi dan Prabowo Pelukan, Fahri Hamzah: Penonton Tegang, yang Bertarung Biasa-biasa Saja

Fahri Hamzah melihat momen tersebut dimaknai biasa-biasa saja oleh kedua bacapres.

Editor: Yaspen Martinus
ISTIMEWA
Jokowi dan Prabowo pelukan. 

WAKIL Ketua DPR Fahri Hamzah ikut mengomentari momen pelukan antara dua bakal calon presiden 2019, Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto, pada pentas Asian Games di TMII, Jakarta, Rabu, (29/8/2018).

Fahri Hamzah melihat momen tersebut dimaknai biasa-biasa saja oleh kedua bacapres. Berbeda halnya dengan para penonton ataupun pendukung dari kedua belah pihak, yang tidak merasa hal tersebut biasa.

Ia pun mencontohkan pertarungan pencak silat. Menurutnya, para petarung, yakni Prabowo Subianto dan Jokowi, tetap bisa menahan diri untuk tidak melanggar rambu-rambu pertandingan. Namun, justru penontonnya yang merasa tegang dan akhirnya berbuat salah.

Baca: Jokowi dan Prabowo Pelukan, Ahmad Dhani Malah Minta Presiden Cuti Saat Kampanye

"Dalam semua pertarungan, termasuk dalam pertarungan politik, sebenarnya yang tegang itu penonton. Yang bertarung biasa-biasa saja, seperti yang kita tonton dalam pencak silat itu," ujar Fahri Hamzah, melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Jumat (31/8/2018).

"Dalam silat kita tidak boleh memukul area tertentu. Kita tidak boleh memukul kalau lawan dalam keadaan tertentu. Itu semua relatif ditaati oleh pemainnya. Tetapi kadang-kadang penontonnya yang tidak bisa menahan diri dan tegang, akhirnya berbuat salah. Nah, saya kira dalam realitas politik juga demikian," papar Fahri Hamzah.

Ia menilai sebenarnya Prabowo Subianto dan Jokowi sama-sama tidak ada masalah. Justru orang di sekitar bacapres tersebut, kata dia, yang sering tidak bisa menahan diri.

Baca: Jokowi dan Prabowo Pelukan, Adik Ahok Ingatkan Jangan Melupakan Sejarah

Karena tak bisa menahan diri, Fahri Hamzah mengingatkan agar jangan sampai pendukung yang memiliki power menggunakan kekuasaannya untuk mendukung Presiden secara salah.

Ia pun menyinggung soal beberapa kasus persekusi yang belakangan terjadi, bisa jadi disebabkan oleh hal tersebut.

"Mungkin Pak Prabowo dan Pak Jokowinya tidak ada masalah. Tapi ya orang-orang di sekitarnya dan juga orang di bawah itu yang sering tidak bisa menahan diri," ucapnya.

"Hal ini saya ingatkan tentu utamanya kepada orang-orang yang punya power ya, yang menjadi simpatisan atau pendukung presiden. Karena power, mereka harus bisa menahan diri, supaya jangan sampai menggunakan kekuasaannya itu untuk mendukung presiden secara salah, secara ilegal, seperti yang kita lihat dalam beberapa kasus persekusi belakangan ini," sambungnya. (Vincentius Jyestha)

Sumber: Tribunnews
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved