3 Perdebatan Antara Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno Sebelum Deklarasi Cawapres Pilpres 2019

PRABOWO Subianto dan Sandiaga Uno ternyata berkali-kali berdebat sebelum Pilpres 2019.

KOMPAS.COM
Prabowo Subianto saat deklarasi. 

“‘Saya bilang ke Pak Prabowo, ‘pak ini bagaimana sih kita,kan saya lagi fokus di platform daripada ekonomi kerakyatan Gerindra, bapak tugasinnya sangat sulit. Saya mendingan dihukum yang lain saja ini pak.menurut saya hukuman pada waktu itu, karena harus menghadapi seorang tokohyang sangat fenomenal, dan ex partai gerindra juga. Kan Pak Basuki adalah seorang mantan petinggi gerindra. Jadi saya bilang pak saya disuruh yang lain ajalah, disuruh push up kek, disuruh lari 50 kilometer saya jabanin, tapi maju di DKI saya nyerah lah pak. Itu yang menarik yang dia sampaikan. Disini saya yakin dia punya penciuman politik yang luar biasa,” ujar Sandiaga Uno.

Sandiaga Uno pun mendebat Prabowo Subianto bahwa perintahnya tak masuk akal. Sebab ketika itu elektabilitas Sandiaga Uno 0,00, sedangkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memilki elektabilitas 70 persen. 

Tapi Prabowo Subianto meyakinkannya dan memberi waktu  3 bulan untuk mempelajari segala sesuatunya.

Akhirnya pada akhir Maret 2016 Sandiaga Uno punya gambaran bahwa dirinya punya peluang di Jakarta, setelah turun di 257 kelurahan.

“Saya sampaikan ke beliau bahwa ada peluangnya. Sebab ternyata isu di jakarta adalah isu ekonomi lapangan pekerjaan, harga bahan pokok, dan pendidikan. Kalau lapangan kerja saya bisa.Tapi yang ketiga ini saya belum punya jawabannya, tentang pendidikan. Sayamemang dari keluarga pendidkan, tapi orang tahu saya ini seorang pengusaha, bukan  pendidik,”kata Sandiaga Uno.

Prabowo Subianto kemudian memberi Sandiaga Uno kesempatan, dengan syarat elektabilitasnya harusnya naik sampai angka 20 persen, dan popularitasnya naik di atas 40 persen.

Sejak itulah Sandiaga Uno turun dari kelurahan ke keluraha, sampai total dia memecahkan rekor Muri sebagai kandidat yang turun ke paling banyak lokasi masyarakat,yakni 1.300 lokasi.

3. Menjadikan Gubernur Anies Baswedan

SANDIAGA Uno dan Prabowo Subianto
SANDIAGA Uno dan Prabowo Subianto (Istimewa)

Perdebatan ini terjadi usai Prabowo Subianto memberikan surat perintah membentuk koalisi kepada Sandiaga Uno sebagai calon Gubernur DKI Jakarta yan akan diusung Partai Gerindra pada 2016. 

Sandiaga Uno memperkirana antara Juni-Juli 2016 dirinya bisa memenuhi syarat dari Prabowo Subianto, dan akhirnya dia dipilih menjadi  bakal calon Gubernur DKI Jakarta yang diusung Partai Gerindra.

Sandiaga Uno agak kaget dia terpilih, karena sebenarnya ada 2 kandidat lain yang amat dekat dengan Prabowo Subianto.

“Itu dia (Prabowo) tuangkan dalam surat tugas untuk membangun koalisi untuk mencalonkan. Karena Gerindra kan waktu itu nggak cukup kursinya. Kita hanya punya 15, padahal kita butuh 22 kursi. Dan saya ditugaskan,” kata Sandiaga Uno .

Sejak itu Sandiaga Uno mulai membangun koalisi. Singkat cerita, akhirnya Sandiaga Uno hanya bisa meyakinkan PKS, karena ternyata partai lain punya calonnya sendiri-sendiri.

Menjadi dilematis, kata Sandiaga Uno, ketika itu Gerindra dan PKS menginginkan dirinya yang menjadi calon gubernur.

“Tapi karena saya lihat saya punya saingan 2 saingan yang super kuat, memiliki jaringan yang teramat dahsyat, dan punya jaringanyang melimpah, saya tawarkan varian baru ke pak Prabowo dan Sohibul Iman, bahwa untuk memastikan kita memiliki daya saing yang lebih, kita perlu tokoh baru, dan itu yang saya bawa Anies Baswedan. Saya bawa Anies Baswedan, saya perkenalkan, karena  tadi satu topik yang saya nggak bisa, pendidikan.karena saya yakin 3 isu ini konsisten,” ujar Sandiaga Uno.

Sumber: Warta Kota
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved