Harga Cabai Meroket
Petani Tangisi Tanaman Cabai Dibuldoser dan Ada Ibu Petani Duduki Alat Pengeruk Lahan
Pembersihan lahan dikawal ketat oleh 500 aparat gabungan dari TNI-Polri maupun Satuan Polisi Pamong Praja.
Ia tidak mau turun.
Ia bertahan di sana.
Sementara, alat berat-alat berat di sekitarnya lalu lalang merobohkan satu-satu pohon kelapa dan menggusur tanaman palawija lain kecuali pohon kelapa yang dinaiki pria tersebut.
"Nek wani ambrukno kuwi (kalau berani tumbangkan itu). Bandara itu tidak akan ada," kata Sutrisno, warga lain yang terus menyaksikan penggusuran lahan.
"Rugi banyak (lahan tani ini). Modalnya besar," kata Sutrisno.
Sayem dan Miyo menangis menyaksikan cabai garapannya dibuldoser.
AP I mengerahkan 9 alat berat, terdiri 6 bulldozer dan 3 excavator untuk membersihkan lahan yang berisi baik cabai, terong, sampai pohon kelapa di lokasi pembangunan Bandara NYIA, Kamis (28/6/2018).
Pembangunan bandara sebenarnya dalam tahap pemadatan lahan.
Manajer Proyek Pembangunan NYIA, R Sujiastono mengatakan, pemadatan telah berlangsung di 70 persen dari luas bandara.
Kini, AP I dan PP kembali melanjutkan pematangan lahan di sisi lain.
Pemadatan lahan kini mendekat ke areal warga yang masih bertahan dan membangun lahan pertanian.

Alat-alat berat membersihkan semua tanaman warga seperti pohon cabai, terong, hingga pohon kelapa.
"PP melanjutkan pelaksanaan pekerjaannya. Tidak ada land clearing ya," kata Sujiastono.
Warga pemilik garapan tani pasrah menyaksikan garapannya digusur.
Mereka hanya bisa menangis, marah, berteriak dan mengutuk.
Tapi, beberapa di antaranya berupaya melawan meski cepat reda.
Dua jam berselang, tumbuhan di sisi timur NYIA nyaris tidak ada lagi yang berdiri.
Warga yang menolak pembangunan bandara berusaha menghalau petugas dan alat berat dari lahan pertanian miliknya. (Kontributor Yogyakarta, Dani Julius Zebua)
Tautan asal: Warga Lawan Jokowi