Penumpukan Penumpang di Stasiun-stasiun Diprediksi Jadi Masalah Utama Program Ok Otrip
Dirut PT KCJ Muhammad Nurul Fadhila mengatakan program Ok Otrip harus memperhatikan pola keberangkatan moda transportasi lain setelah commuter line.
Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Hertanto Soebijoto
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Rangga Baskoro
WARTA KOTA, TANAH ABANG -- Direktur Utama PT KCJ Muhammad Nurul Fadhila mengatakan, program Ok Otrip yang merupakan upaya pengintegrasian antarmoda transportasi di Jakarta harus memperhatikan pola keberangkatan moda transportasi lain setelah commuter line.
Hal itu menjadi penting apabila titik utama pengitegrasian berawal dari stasiun-stasiun kereta listrik yang sering jadi tempat turun dan naik penumpang.
Meski begitu pihaknya sangat mendukung upaya pengintegrasian antar moda transportasi.
"Kalau memang stasiun dijadikan titik awal simpul pengintegrasian, belum ada fasilitasnya. Tapi kami positif karena begitu antusiasnya warga kepada transportasi publik. Kami berharap ini bisa segera terealisasi," ujar Fadhila saat acara diskusi, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (24/11/2017).
Headway atau jarak keberangkatan antar kereta satu dengan yang lain harus bisa diimbangi dengan moda transportasi lainnya agar integrasi yang dimaksudkan Pemprov DKI Jakarta bisa tepat sasaran.
Jarak headway Relasi KRL Bogor - Manggarai saat ini sudah mencapai 3 menit sekali.
"Gambaran saya begini, per hari ini headway atau jarak keberangkatan antara kereta api dengan kereta api lain, itu sudah 3 menit dari relasi Bogor ke Manggarai. Kalau setiap rangkaian kereta itu membawa 2.000 sampai 2.500 orang pada saat pick hour pagi hari, dan kalau satu stasiun paling banyak misalnya 700 penumpang yang turun, permasalahannya adalah bagaimana angkutan lanjutannya?" katanya.
Hal itu penting agar tak terjadi penumpukan di stasiun tertentu lantaran dikhawatirkan moda transportasi lain belum siap apabila harus mengimbangi headway KRL.
"Jadi kalau setiap headway 3 menit itu 700 orang yang turun, angkutan lain otomatis headway nya harus kurang dari 3 menit. Misalnya 1 atau 2 menit sekali harus jalan. Supaya integrasinya terjalin dan berkelanjutan. Saya tidak bilang seperti itu (belum siap). Itu gambaran versi saya kalau konsep integrasi mau dibangun. Ini integrasi fisik. Bagaimana 700 orang yang datang per 3 menit bisa langsung berganti angkutan. Setelah itu bisa diterapkan baru bisa masuk ke masalah lain, apakah integrasi pembayarannya juga menjadi penting? Karena itu semua berdampak pada pola antrean. Kecepatan otang bergerak di stasiun bergantung pada moda transportasi lain yang ada disana," jelasnya.
Pengintegrasian yang diartikan Fadhila yakni sebuah stasiun tak harus langsung disambungkan ke halte TransJakarta.
Media berupa trotoar juga merupakan salah satu alat yang bisa dijadikan fasilitas untuk mengintegrasikan moda transportasi lain.
"Tapi saya lebih suka mendefinisikan integrasi itu selama ada media yang menghubungkan, bentuknya bisa berupa trotoar yang menarik untuk membuat masyarakat jalan kaki, misalnya itu nyaman. Bisa itu integrasi di dalam gedung, misalnya suatu saat Stasiun Manggarai atau tempat lain lain yang terdiri dari gedung beberapa tipe moda transportasi sehingga masyarakat bisa naik turun lantai. Itu bisa," ungkapnya.