Ibu Debora: Benar-benar Jahat dan Kejam, Nyawa Anak Saya Hanya Selembar Kertas Administrasi
Mereka hanya mengontrak di rumah tersebut. Sepeda motor butut Rudianto terpakri di depan tempat tinggalnya itu.
Penulis: Andika Panduwinata | Editor: Yaspen Martinus
"Anaknya ini katanya keadaannya makin parah. Banyak dahak dan dilakukan penyedotan. Ruangannya juga di situ dingin, kondisi tubuhnya tidak kuat, makanya harus dibawa ke Ruang PICU," jelas Henny.
Namun sayangnya pasangan suami istri ini mengalami kendala. Mereka kesulitan membayar administrasi.
"Saya enggak punya cukup uang untuk membayarnya. Sudah kekurangan uang, tapi diminta lagi harus bayar lab," paparnya sedih.
Baca: Sempat Getol Mencaci Lalu Mendadak Puji Jokowi, Arief Poyuono: Saya Bicara Fakta
Kedua pasangan ini hanya mampu mengeluarkan uang Rp 6 juta sebagai DP. Rumah sakit setempat meminta uang DP sebesar Rp 19 juta.
"Saya kemudian isi pulsa Rp 200 ribu untuk telepon saudara dan teman-teman. Meminjam ke sana ke sini, tapi uangnya tetap enggak cukup," imbuh Henny, haru.
Waktu pun terus berjalan, dan pihak dokter mengabarkan bahwa bayi Debora sudah meninggal dunia.
"Saya teriak, anak saya kedinginan dan tubuhnya putih pucat. Di situ saya menjerit, benar-benar jahat dan kejam ini. Nyawa anak saya hanya selembar kertas administrasi itu."
"Pihak rumah sakit hanya mengucapkan turut berduka cita tanpa memberikan keterangan penyebab kematiannya," papar Henny. (*)