Warga Kolong Tol Lodan Minta Direlokasi ke Rusun dan Minta Uang Kerohiman Rp 5 Juta

Tak hanya rusun, warga di kolong tol yang marak pengusaha pasir hingga pengusaha material bangunan, untuk siapkan uang kerohiman Rp 5 juta per- Kepala

Penulis: | Editor: Andy Pribadi
Warta Kota/Panji Baskhara Ramadhan
Suasana kolong tol Lodan. 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Panji Baskhara Ramadhan

WARTA KOTA, PADEMANGAN -- Ratusan warga yang berhuni di Kolong Tol Wiyoto Wiyono atau Tol Lodan, yakni Jalan Lodan Raya, Pademangan, Jakarta Utara, mendesak terhadap Pemerintah Kota Jakarta Utara, untuk menyiapkan Rumah Susun (Rusun) bila huniannya akan ditertibkan dalam waktu dekat.

Tak hanya rusun, warga di kolong tol yang marak pengusaha pasir hingga pengusaha material bangunan, untuk siapkan uang kerohiman Rp 5 juta per- Kepala Keluarga (KK).

Suasana kolong tol Lodan.
Suasana kolong tol Lodan. (Warta Kota/Panji Baskhara Ramadhan)

Pantauan Warta Kota, sejumlah bangunan liar marak di Kolong Tol Lodan. Tidak hanya penuh bangunan liar, pasir hingga berbagai material bangunan pun juga memenuhi sesak di kolong tol tersebut.

Warga ini tidak hanya tinggal menetap belasan tahun di kolong tol itu, namun berkesempatan membuka peluang usaha seperti kopi seduh di kolong tol, berjualan pasir, barang bekas, serta melayani tambal ban. Di lokasi, truk-truk besar pun nampak banyak terparkir bersama mobil-mobil pribadi.

Keberadaan bangunan liar di Kolong Tol Lodan atau disebut dengan Kampung Walang, warga menolak ditertibkan apabila pihak Pemerintah Kota Jakarta Utara, tak menyediakan sejumlah unit Rusun hingga uang kerohiman sebesar Rp 5 juta. Beberapa warga mengakui, mendengar akan adanya informasi bila dalam waktu dekat ini, ratusan bangunan yang ada di area Kolong Tol Lodan akan segera ditertibkan.

Suasana kolong tol Lodan.
Suasana kolong tol Lodan. (Warta Kota/Panji Baskhara Ramadhan)

"Saya dengar memang, kalau bakalan ada itu namanya penggusuran. Saya sudah 20 tahun di sini tinggal, ogah digusur. Mau digusur, tapi sapin duit Rp 5 juta buat ongkos pindahan dan siapin unit rusun. Itu saja. Saya siap deh untuk pindah dari sini. Kalau bisa lokasi rusunnya di Jakarta Utara juga lah. Profesi saya pedagang pasir tongkang, langganan taunya saya jualan di Jakarta Utara," ucap Bebet (40), yang selaku masyarakat sekitar, dan yang enggan kembali untuk diwawancarai Warta Kota, pada Kamis (6/7/2017).

Warga lainnya, Sukirma (41) mengatakan telah tahu sudah lama mengenai informasi adanya kegiatan penggusuran bangunan di lingkungan Kampung Walang di Kolong Tol Lodan. Ia yang mengakui, sudah tinggal di Kolong Tol selama 15 tahun, juga berharap mendapatkan Rusun, serta uang kerohiman.

"Saya enggak mau digusur. Saya mau pindah, asal ada uang kerohiman dan disiapin Rusun. Jikalau enggak ada, jangan coba-coba colekin warga sini. Perang nanti. Intinya harus ada duit kerohiman dan siapin unit rusun. Kalau enggak ada yaudah enggak usah gusur-gusuran," ucap cuek Sukirma yang juga warga setempat, serta berjualan kopi seduh.

Suasana kolong tol Lodan.
Suasana kolong tol Lodan. (Warta Kota/Panji Baskhara Ramadhan)

Sementara itu, Mumu Mujtahid yang sebagai Camat Pademangan mengatakan pihaknya ini masih berupaya melakukan sosialisasi kepada warga yang tinggal di Kolong Tol Lodan. Ia pun mengklaim, telah menyiapkan rusun bagi para watga Kolong Tol Lodan.

"Sampai saat ini kami pun masih melakukan pendekatan persuasif kepada warga di Kolong Tol Lodan, agar pindah ke rusun yang memang sudah kami siapkan," katanya.

Disebutkan Mumu, ada 73 KK dari jumlah 316 bangunan liar di sepanjang Kolong Tol Lodan. Ia memebenarkan, bangunan liar di Kolong Tol Lodan dalam waktu dekat ini akan ditertibkan.

Suasana kolong tol Lodan.
Suasana kolong tol Lodan. (Warta Kota/Panji Baskhara Ramadhan)

"Setidaknya, kami lakukan dengan manusiawi. Karena kehidupan di kolong tol memang tidak layak dan tidak sehat. Maka kita koordinasikan dengan Dinas Perumahan dan Gedung DKI itu, agar para warga yang mau pindah kita berikan Rusunawa di Marunda saja," kata Mumu yang tak menanggapi terkait uang kerohiman yang dituntut warga Kolong Tol.

Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Jakarta Utara, Ronny Jarpiko mengatakan jika pihaknya melakukan sosialisasi tentang bahayanya berhuni di area Kolong Tol. Menurutnya, membangun tempat tinggal di kolong tol, terbilang rawan terjadinya kebakaran, sehingga dapat merusak struktural bangunan tol tersebut.

"Bahayanya itu fakta nyata. Sudah bisa dilihat dari bahaya kebakaran karena ada sambungan listrik secara ilegal yang dipasang warga yang tinggal di sana. Bahkan di sana, sering banjir. Justru penyakit buat ana anak mereka. Jajaran oemerintah memantau, pada Selasa (4/7) lalu telah terjadi luapan Kali Ancol dan ke Jalan RE Martadinata, akibat aliran sodetan diKali Ancol buntu. Sebab, keberadaan bangunan liar itu di kolong tol," jelasnya.

Suasana kolong tol Lodan.
Suasana kolong tol Lodan. (Warta Kota/Panji Baskhara Ramadhan)

Ia memastikan, penertiban bangunan liar yang berada di sepanjang kolong tol Lodan, disebut demi kebaikan warga itu sendiri.

"Ini (penertiban hunian) juga buat kebaikkan ke warga itu sendiri. Kami sudah informasikan ya jiak cepat atau lambat refungsi kali dan sungai wajib dilaksanakan. Tujuannya kita hanya ingin mengembalikan fungsi Kali, yang sebelumnya ada di lingkungan tersebut," paparnya. (*)

Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved