Tak Tahan Sakit TBC, Kakek Ini Tewas Bunuh Diri Loncat dari Lantai 18
Kedua anak korban lalu mengecek dari jendela ternyata benar korban sudah tergeletak di balkon lantai 2.
Laporan Wartawan Warta Kota, Bintang Pradewo
WARTA KOTA, GROGOL PETAMBURAN -- Hendra Firmansyah, seorang kakek berusia 66 tahun nekat menghabisi nyawanya sendiri dengan melompat dari lantai 18 Apartemen Menara Latumenten, Jalan Profesor Dr Latumenten, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Selasa (27/6) sore.
Diduga korban nekat melakukan hal itu karena sudah frustrasi dengan sakit TBC yang dideritanya.
Kapolsek Tanjung Duren, Kompol Zaky Nasution menuturkan kejadian penemuan korban tewas terjubur kaku di pelataran parkiran apartemen terjadi pada pukul 16.12 WIB.
Korban sempat menuliskan surat wasiat sebelum bunih diri.
Isi suratnya adalah
Nita dan Tania
Papa sangat menyayangi kalian berdua,tapi papa mohon maaf atas jalan pintas yang papa ambil meskipun ini perbuatan tercela, dari pada papa ndak bisa nahan sakitnya ,lebih baik ambil jalan ini, dari pada nanti kalian berdua ketularan papa rasa cukup 4 bulan saja kalian ngurus papa yang penting kalian harus akur, selamat jalan anak anak ku dan satu lagi papa minta di kremasi.
Salam.
"Menurut keterangan anak korban bahwa korban menderita sakit TBC kurang lebih sudah hampir 3 bulan dan tidak sabar dengan sakit yang diderita tidak kunjung sembuh," kata Zaky saat dihubungi Warta Kota, Selasa (27/6).
Kronologi kejadian berawal saat anak pertama korban, Heti (46) sekitar jam 13.30 WIB, korban meminta pulpen untuk menulis surat.
Saat itu korban dilihat oleh anak korban kelihatan gelisah membuka dan menutup kembali surat yang telah ditulisnya.
Kemudian anak keduanya, Stania (31), sekitar jam 15.30 baru pulang ke apartemen bertemu dengan korban menawarkan roti dan sempat dimakan oleh korban.
Kemudian korban memakai kaos dan warna hijau memakai sandal jepit dan membawa tongkat dan langsung ke luar kamar.
"Sempat ditanya mau kemana oleh anak keduanya tapi korban diam saja," ucap Zaky.
Setelah itu Stania tanya kepada Heti, korban menulis apa.