Embung di Agro Wisata Cilangkap Bakal Jadi Tempat Pemancingan
Pengelola Kebun Bibit Agrowisata Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur sedang berbenah diri guna menjadi lokasi itu menjadi kawasan wisata favorit.
Penulis: Feryanto Hadi |
WARTA KOTA, CIPAYUNG -- Pengelola Kebun Bibit Agrowisata Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur sedang berbenah diri guna menjadi lokasi itu menjadi kawasan wisata favorit.
Salah satu upayanya dilakukan dengan melakukan pengerukan embung yang selama ini mengalami pendangkalan akibat tumpukan sedimentasi.
Pada Selasa (2/5), dua alat berat jenis amphibi melakukan pengerukan mulai dari saluran air hingga embung yang berada di sisi barat kebon bibit.

Seluruh sampah, sedimentasi dan tanaman liar yang ada di dalamnya pun langsung dikeruk.
Kepala UPT Pusat Pengembangan Benih dan Proteksi Tanaman Dinas KPKP DKI Jakarta, Ali Nurdin menyatakan, saluran air dan embung tersebut selama lebih dari setahun dipenuhi oleh sedimentasi dan nyaris tidak berfungsi.
Karenanya ia meminta bantuan UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI untuk melakukan pengerukan lumpur dan sampahnya.
Nantinya, jika proses pengerukan telah selesai, Nurdin mengatakan di areal embung akan ditebar benih ikan dan bisa dimanfaatkan masyarakat secara cuma-cuma.
"Ke depan, biar masyarakat bisa memancing dan memanfaatkan ikan yang ada untuk dikonsumsi. Ke depan kami juga akan selalu rawat embung itu karena itu juga bisa menjadi bagian dari daya tarik tempat ini," ujarnya.
Camat Cipayung, Iin Mutmainah mengatakan, pihaknya sudah sejak lama mengusulkan penataan Kebon Bibit Agro Wisata termasuk dengan memasukkanya dalam usulan musrenbang dari tingkat kelurahan hingga tingkat kota.

"Penataan di kawasan-kawasan wisata seperti kebun bibit ini memang menjadi prioritas karena ini sangat potensial. Karena kita ingin agar Agro Wisata menjadi kawasan wisata edukasi," ujar Iin Mutmainah.
Pihaknya juga meminta agar UPT Kebon Bibit Agro Wisata Cilangkap ini maksimal menata arealnya. Apalagi banyak yang harus dibenahi.
Terutama untuk sarana bermain anak-anak yang kondisinya rusak. Kemudian perlu adanya lahan untuk pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan setiap Sabtu dan Minggu.
"Saya minta agar pengelola jangan setengah-setengah dalam melakukan penataan. Termasuk dengan perbaikan atau penambaham fasilitas untuk menunjang kawasan itu sebagai salah satu lokasi wisata edukasi unggulan," kata Iin. (fha)