Naik KWK Sebulan ‎Cukup Bayar Rp 15.000‎ Membuat Sebagian Sopir Gelisah‎

Sebelum kerja sama integrasi dengan Transjakarta itu jam 5-9 dan 16-20. Sebelumnya, itu penghasilannya Rp 1,26 juta satu Minggu.

Penulis: Mohamad Yusuf |
Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Ilustrasi. Koperasi Wahana Kalpika (KWK). 
WARTA KOTA, BALAI KOTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, meresmikan integrasi bus Transjakarta dengan angkot Koperasi Wahana Kalpika (KWK) di di Balai Kota, Jalan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (3/4/2017).
Sistem integrasi tersebut, nantinya pihak PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) akan mensubsidi Rp 206.000 per angkot KWK, per hari.
Para penumpang nantinya gratis untuk menumpangi angkot KWK dari pukul 05.00–09.00 dan 16.00 WIB –20.00.‎
Meski demikian, sopir KWK mengaku kerjasama tersebut, akan membuat rugi. Karena tidak bisa lagi menarik penumpang di saat jam ramai penumpang.
“Kami sebenarnya nggak setuju-setuju banget dengan kerjasama ini karena dari pihak KWK kami hanya mendapatkan gaji Rp 500.000 per bulan," kata Anwar (52), ditemui Warta Kota usai peresmian tersebut, di Balai Kota DKI, Senin (3/4/2017).
Padahal, lanjut Anwar yang merupakan sopir KWK U05 Tanjung Priok - Bulak Turi tersebut, pihak pengusaha mendapatkan subsidi dari Transjakarta, Rp 206.000 per angkot per hari.
"Tapi, kenapa kami hanya mendapatkan Rp 500.000 per bulan. Meskipun nanti kami nggak perlu lagi membayar setoran Rp 175.000 per hari," katanya.
Namun, yang memberatkannya adalah di saat jam berlakunya gratis menumpang KWK, maka sopir tidak bisa menarik tarif pada penumpang.
"Kami hanya bisa menarik selepas jam ramainya penumpang. Kami dapat apa? Karena penumpang sepi, pendapatan juga pasti sedikit. Sementara, kami harus tetap membeli bensin untuk tetap beroperasi," katanya.
Anwar mengaku, setiap hari mulai menarik penumpang dari pukul 05.00 sampai pukul 11.30.
Angkot tersebut dilanjutkan temannya untuk menarik penumpang dari siang hingga malam hari.
Pendapatan bersihnya bisa mencapai Rp 70.000 hingga Rp 80.000.
Sedangkan untuk membayar uang setoran ia sebesar Rp 175.000 per hari, ia bagi bersama teman sopir lainnya.
"Karena itu, saya berharapnya, kami para sopir cukup digaji saja per bulan sebesar UMP. Daripada sistemnya setengah-setengah seperti ini," katanya yang sudah 15 tahun menjadi sopir angkot tersebut.
Bahkan, ia menegaskan jika memang dalam masa uji coba selama tiga bulan ini tidak menguntungkan, maka akan mengundurkan diri.
"Kami akan lihat selama masa uji coba tiga bulan ini. Kalau memang tidak menguntungkan kami akan mengundurkan diri," tegasnya.
Sementara, sopir lainnya, Wahidin (40) mengaku kerjasama dengan TransJakarta ini akan menguntungkan dirinya.
Pasalnya, ia memiliki mobil sendiri tanpa harus sewa ke pengusaha.
Kalau yang punya mobil angkot sendiri, memang lebih menguntungkan karena kan subsidinya kami terima langsung. Tapi, tetap yang mobilnya menyewa harus diperhatikan. Kasihan teman-teman kami," kata Wahidin.
Warga Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara itu, mengaku sudah menjadi sopir angkot sejak tahun 1973. Ia telah memiliki angkot sendiri sejak enam bulan lalu.
"Saya cicil sebulan Rp 3,6 juta per bulan. Udah jalan enam bulan dengan angsuran selama empat tahun. Pendapatan bersihnya Rp 250.000 per bulan," katanya.
Namun, ia berharap agar Transjakarta dan KWK tetap memperhatikan para sopir-sopir.
Pasalnya, penghasilan mereka terancam berkurang dengan sistem integrasi tersebut.
Sementara itu, Dirut PT Transjakarta, Budi Kaliwono, mengatakan bahwa untuk penerapan integrasi tersebut akan diberlakukan di 10 rute.
Namun, saat ini baru dua rute yang diujicobakan.
“Ada 10 rute tapi bertahap. Hari ini dua rute, besok dua rute,  akan nertambah terus. Hari ini rute dr Utara dan Timur. Condet-Cililitan dan Tanjung Priok-Bulak Turi. Intinya kita gunakan rute KWK agar bisa integrasi dengan Jakarta,” katanya.
Untuk sistem pembiayaan, pihaknya akan mengucurkan subsidi kepada setiap angkot. Dengan besaran Rp 206.000 per angkot per hari.
“Kalau jalan 2.000 unit, bisa Rp 10 miliar per bulan. Hari ini kita coba 75 unit KWK. Akan bertambah terus bersamaan pemeriksaan dari tim evakuasi kami. Karena kami tidak toleran terhadap safety dan kenyamanan. Yang kami seleksi ini yang masuk standar kelayakan Transjakarta,” katanya.
Rencananya, pihaknya akan mengerjasamakan sebanyak 6.000 unit KWK.
Namun, akan melihat terlebih dahulu evaluasi selama tiga bulan ini.
“Untuk menggunakan layanan ini, penumpang bisa membeli kartu integrasi Transjakarta dengan KWK seharga Rp 15.000 untuk per bulan, di seluruh halte bus TransJakarta. Bisa diperpanjang hingga tiga bulan. Pada jam 05.00-09.00 dan 16.00-20.00 penumpang cukup tunjukkan kartu integrasi, maka langsung gratis,” katanya.
Namun, saat ini, pihaknya akan menggunakan sistem taping di KWK agar bisa menggunakan kartu e-Money ke depannya.
“Tapi, sistem taping ini kalau ikut teknologi luar,  terlalu mahal, per unit Rp 40 juta. Kalau yang lokal belum bisa terintegrasi sistem Transjakarta. Ini sedang disiapkan. Maka selama enam bulan terakhir agar bisa masuk jaringan Transjakarta. Saat ini, 40.000 kartu sudah kami siapkan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum KWK, La Ode Djeni Hasmar mengatakan, seiring dengan kerjasama tersebut, pihaknya akan meningkatkan kualitas angkot KWK agar penumpang merasakan kenyamanan selama menumpangi KWK tersebut.
“Saat ini, angkot yang kami kerjasamakan juga sudah melalui proses seleksi. Hanya angkot yang baik saja yang kami kerjasamakan. Fasilitasnya juga akan kami tingkatkan,” katanya.
Selain itu, pihaknya bahwa konsep tersebut akan menguntungkan. 
Termasuk, penumpang yang akan diantar dari pemukiman hingga ke halte bus Transjakarta.
“Jumlah angkutan di DKI 13.000 unit, di KWK ada 6.320 unit, hari ini, diadakan launching perdana sebagai feeder. Ini untungkan KWK bahwa kerjasama yang baik ini saling menguntungkan. Kalau cuma di KWK nggak mungkin,” katanya.
Sedangkan, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono atau Soni mengaku bahwa dirinya telah melakukan analisis yaitu perhitungan kerjasama antara KWK dengan Transjakarta.
Sebelum kerja sama integrasi dengan Transjakarta itu jam 5-9 dan 16-20. Sebelumnya, itu penghasilannya Rp 1,26 juta satu Minggu.
Dengan asumsi sehari mendapatkan penghasilan Ro 180.000. Kalau dengan terintegrasi?
Satu hari kita flat bayar dari TrasnJakarta ke KWK, Rp 206.000 per hari.
Kali satu minggu ketemunya Rp 1,44 juta. Jadi sehari sudah selisih.
"Berarti, ada selisih 20.000-an lebih. Itu baru sehari. Seminggu ada perbedaan Rp 200.000 lebih,” jelasnya.
Jika dibandingkan, tanpa integrasi, KWK hanya mendapatkan Rp 5,8 juta. Sedangkan jika intergar Rp 6,1 juta.
Setahun, lanjutnya memiliki selisih Rp 10 juta.
“Itu baru satu mobil. Jika dikalikan 6.000 unit mobil, bisa jebol nih kalkulator,” kata Soni, berkelakar.
Sementara itu, Ketua Organisasi Angkutan Daerah (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan, mengatakan bahwa seharusnya, ada kompensasi yang diberikan kepada sopir angkot KWK.
Jangan hanya menguntungkan pihak pengusaha.
“Kalau sehari pengusaha menerima subsidi Rp 206.000, dikalikan satu Minggu, bisa lebih dari Rp 1 juta. Seharusnya ada kompensasi untuk sopir angkot, jadi jangan hanya mendapatkan Rp 500.000 per bulan,” katanya.
Selain itu, ia juga mengaku belum mendapatka laporan perhitungan dari KWK mengenai kerjasama tersebut.
Ia belum mendapatkan penjelasan dari pihak KWK apakah perhitungan tersebut untuk satu bulan penuh.
“Jadi, tetap harus diperhatikan bagaimana kerjasama dengan Transjakarta ini juga memperhatikan kesejahteraan sopir,” katanya.
Data Integrasi KWK-Transjakarta
Cara membeli kartu integrasi:
Bisa dibeli di setiap  halte bus Transjakarta
Harga:‎ Rp 15.000 berlaku satu bulan.
Jam Operasi: ‎05.00-09.00 dan 16.00-20.00.
Trayek: 
Tanjung Priok-Bulak Turi
Terminal Cililitan-Condet
Kelapa Gading-Terminal Rawamangun
Semper-Tipar Cakung
Pulogadung-Pejuang Jaya
Rawamangun-Klender
Cililtan-Munjul‎
Pondok Labu-Pasar Kebayoran Lama
Lebak Bulus-Petukangan
Rawa Buaya-Grogol‎
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved