Pilkada DKI Jakarta

Sosok Penerjemah Bahasa Isyarat Debat Kandidat

Santi mengaku saat ini terus mengasah skill bahasa isyarat, guna jelang debat kandidat kedua pada tanggal (27/1/2017) pekan depan.

Editor:
Faizal Rapsanjani
Dalam debat kandidat perdana (13/1/2017) kemarin sosok wanita yang sibuk menggerakan tangan hingga jemarinya dan berada di kotak kecil itu ialah Sasanti T Soegianto. 

WARTA KOTA, PALMERAH - Pagelaran debat kandidat Pilkada DKI Jakarta penting untuk disimak. KPU DKI sebagai penyelenggara pun menegaskan debat kandidat sebagai ajang guna mengetahui sejauh mana kompetensi Cagub-cawagub DKI dalam mengatasi sejumlah masalah di ibu kota.

Pagelaran debat kandidat yang diadakan sebanyak tiga kali itu diharapkan semua lapisan warga Jakarta dapat menyaksikan langsung di layar televisi.

Namun, bagaimana dengan penyandang tuna rungu yang memiliki hak sama dalam memilih gubernur DKI Jakarta yang menurut mereka adalah terbaik.

Berukuran kotak kecil, letaknya berada di pojok bawah kanan ataupun kiri di layar kaca televisi, untuk sebagian masyarakat yang dapat mendengar ataupun melihat keberadaanya memang tak penting, tapi tidak bagi penyandang tunarungu.

Dalam debat kandidat perdana (13/1) kemarin sosok wanita yang sibuk menggerakan tangan hingga jemarinya dan berada di kotak kecil itu ialah Sasanti T Soegianto.

Wanita kelahiran 1958 ini terlihat indah memainkan tanganya saat debat berlangsung memanas.

Menurutnya melakoni profesi bahasa isyarat sejatinya memiliki fungsi yang sederhana namun vital.

"Ya fungsinya sih sederhana saja bahwa orang tuli juga punya hak untuk mendapatkan informasi, ya kan itu kan bahasa isyarat," kata Santi (sapaan akrab) ketika dihubungi Warta Kota, di Jakarta, Kamis (19/1/2017).

Santi mulai menggeluti bahasa isyarat sejak tahun 2008 silam. Berawal dari ketertarikanya akan segala ragam bahasa sejak muda, Santi memandang bahasa isyarat dari sisi yang berbeda.

Keindahan gerakan tangan dalam memberikan bahasa isyarat, menjadi dorongan Santi untuk mulai terjun mempelajari bahasa isyarat.

"Jadi sejak saya muda itu saya penasaran, tapi di Indonesia saat itu kan sulit ya kita tidak tahu mau belajar kemana kira-kira tahun 2009 atau 2008 saya baru dapat akses saya bisa belajar dengan siapa gitu," kisahnya secara singkat.

Wanita lulusan S1 Politik di Universitas Indonesia ini secara langsung mendapat pelatih dari seorang tunarungu, lantaran saat itu tempat untuk belajar bahasa isyarat masih sullit untuk dicari.

"Ya sebenernya untuk tempat les juga ada kaya seperti di tempat wadah saya, yang ngajar tidak tuli, tapi kalau saya dari dulu karena jaman dulu belum ada kelas saya selalu one on one dengan pelatih saya belajarnya," ungkapnya.

Dari Penyanyi Country Hingga Penerjemah Bahasa Isyarat

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved