Kopi Beracun

Warna Es Kopi Berubah dan Jeda Satu Jam Bisa Jadi Kunci Pembunuhan yang Terencana

Warna es kopi Vietnam yang berubah dan jeda waktu satu jam bisa menjadi kunci pembunuhan Mirna dengan racun sianida.

Editor: Gede Moenanto
Rangga Baskoro
Rekaman CCTV yang diperlihatkan pada sidang kasus pembunuhan Mirna di di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016). 

WARTA KOTA, PALMERAH -- Ada jeda waktu lebih kurang satu jam dari sejak es kopi vietnam disajikan hingga diminum oleh Wayan Mirna Salihin di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Januari 2016 lalu.

Hal itu terungkap melalui kesaksian beberapa pelayan kafe dalam sidang lanjutan mengadili Jessica Kumala Wongso, terdakwa kasus pembunuhan Mirna, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016).

Salah satu pelayan kafe, Marlon Alex Napitupulu memberi kesaksian yang membuka rangkaian peristiwa bagaimana es kopi vietnam mulai ditaruh di meja hingga diminum Mirna.

Es kopi Vietnam itu ditaruh di meja bernomor 54 setelah sebelumnya dipesan oleh Jessica.

Pertama-tama, Jessica menghampiri barista dan bartender untuk memilih minuman apa yang ingin dia pesan.

Isi pesanan Jessica saat itu adalah dua cocktail dan satu es kopi vietnam.

Setelah memesan, Jessica langsung membayar di depan atau close bill, sedangkan minumannya belum disajikan.

"Dia (Jessica) minta close bill saat minuman belum tersaji. Katanya, dia mau traktir teman-temannya. Tamu yang close bill duluan begitu tidak lazim, ya. Kalau mau traktir, biasanya tamu keeping card kalau dia pakai kartu, kalau pakai tunai, taruh DP 25 persen," kata Marlon.

Karena Jessica minta langsung close bill, maka Marlon mengantarkan Jessica ke kasir untuk membayar.

Setelah itu, Jessica menuju meja nomor 54.

Pesanannya yang pertama kali tiba adalah es kopi vietnam yang dibawa oleh pelayan bernama Agus Triyono.

Agus merupakan saksi yang memberi keterangan di persidangan setelah Marlon.

Menurut Agus, dia menyajikan es kopi Vietnam di meja Jessica sekitar pukul 16.25.

Adapun, es kopi Vietnam merupakan menu favorit atau jadi signature dari cafe Olivier, sehingga penyajiannya harus diperlihatkan dan dilakukan di depan tamu.

"Saya bawa teko berisi air panas, gelas isi bubuk kopi dan susu kental manis, es batu, tisu, dan sedotan di dalam satu baki. Tugas saya cuma bawa dan menyajikan ke tamu, tapi saya enggak meracik, cuma terusin bahan-bahan yang dikasih supervisor," tutur Agus.

Ketika es kopi Vietnam disajikan, Jessica sempat menanyakan sesuatu kepada Agus.

"Jessica tanya, kopi yang dipakai kopi apa. Saya jelasin, ini pakai biji kopi Robusta, agak strong rasa kopinya. Kalau masih pahit, bisa minta tambah susu lagi. Nanti pelayan yang tuangin," ujar Agus.

Meski menyajikan kopi tepat di depan tamu, pelayan Kafe Olivier tidak diperbolehkan untuk mengaduk atau mencampur es kopi Vietnam dengan bahan lain.

Cara penyajian es kopi Vietnam pun diatur dalam standar operasional prosedur (SOP) cafe Olivier seperti dengan menyebutkan nama bahan-bahan yang dipakai ketika menyajikan hidangan di depan tamu.

Setelah menyajikan es kopi Vietnam di depan Jessica, Agus beristirahat selama kurang lebih satu jam.

Ketika dia kembali bekerja menjelang pukul 17.30, Agus mendapati gelas es kopi vietnam di meja Jessica masih utuh.

Es kopi Vietnam di meja itu nampak belum diminum atau diaduk sama sekali dengan es yang mulai mencair.

Namun, ada hal lain yang menarik perhatian Agus.

"Pas kerja lagi, saya keliling lihatin tamu, biasa mantau saja memang tugas saya seperti itu. Kalau es kopi vietnam di meja 54, saya lihat warnanya sudah berubah, kayak jamu kunyit. Terus ada sedotan ditaruh di gelas. Sedotannya masih ada penutup kertasnya," kata Agus.

Isi meja tempat Jessica berada saat itu sudah penuh dengan tiga minuman pesanannya dan tiga paper bag.

Tidak lama kemudian, datanglah Mirna bersama Hani yang kemudian menghampiri Jessica.

Dari kesaksian beberapa pelayan, mereka kelihatan akrab.

Setelah ketiganya duduk, Mirna langsung meminum es kopi vietnam yang menurut Agus warnanya sudah berubah itu.

Agus pun memutari meja-meja lain untuk memantau. Tiba-tiba, ia melihat kepala Mirna sudah terjatuh ke meja.

Ia dan pelayan lain pun mendekati Mirna.

Menurut dia, terlihat mulut Mirna berbusa dan kulitnya membiru.

Salah satu pelayan perempuan kemudian mencium isi gelas yang diminum Mirna, begitu pun dengan Agus.

Ketika mencium minuman itu, Agus merasa bahwa aroma minuman itu bukan lagi aroma kopi.

Agus kesulitan mendeskripsikan aroma minuman tersebut karena belum pernah mencium bau seperti itu.

Dalam kasus ini, Mirna tewas setelah minum kopi bersama Jessica dan Hani di Kafe Olivier.

Jessica pun menjadi terdakwa dalam kasus ini dengan didakwa pasal pembunuhan berencana.

Persidangan kasus ini akan berlanjut pada Kamis (21/7/2016) pagi, dengan agenda pemeriksaan saksi dari jaksa penuntut umum.

Sejauh ini, majelis hakim tampak mempersempit penelusurannya, dengan fokus pada momen-momen penting sebelum Mirna minum es kopi Vietnam.

Sampai saat ini pun, rekaman kamera CCTV yang diputarkan dalam persidangan tidak menunjukkan bahwa Jessica menaruh sesuatu ke dalam gelas es kopi vietnam yang diminum Mirna.

Demikian juga dengan keterangan saksi.

Belum ada yang mengaku melihat Jessica menaruh sesuatu ke minuman tersebut.

Salah satu pelayan atas nama Marlon Napitupulu menerangkan kronologi kejadian kepada para hakim.

"Saya melayani pelanggan di table 54, yaitu saudari Jessica. Saya hanya mengantar satu buah minuman yaitu cocktail. Pas saya antar, saya lihat ada 3 paper bag dan dua minuman lain, salah satunya adalah Es Kopi Vietnam," ujar Marlon ketika memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Kemayoran, pada Rabu (20/7/2016).

Ketika salah seorang hakim menanyakan apakah ada yang aneh di meja tersebut pada saat ia mengantarkan minuman cocktail, Marlon menyampaikan bahwa ada sesuatu yang tidak berada pada kondisi yang semestinya.

"Standar penyajian Es Vietnam Kopi itu seharusnya disajikan di depan pengunjung dengan kondisi pipet atau sedotan yang terbungkus bagian bibirnya dan letak sedotan itu harusnya di luar," tuturnya.

Namun, sambung Marlon, letak sedotan sudah berada di dalam gelas Es Kopi Vietnam kendati sedotannya masih terbungkus di bagian bibir.

Mendengar kesaksian Marlon, keluarga Mirna serentak bertepuk tangan.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved