Sisi Lain Megawati, yang Tidak Banyak Publik Tahu, Dibongkar
Sisi lain Presiden V Megawati Soekarnoputri tidak banyak yang tahu.
Penulis: | Editor: Gede Moenanto
Tribunnews.com
Presiden kelima Indonesia Megawati Soekarnoputri (kanan) bersama Ketua MPR Zulkifli Hasan (kiri), dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (kanan) saat hadir dalam seminar nasional dan bedah buku Revolusi Pancasila di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa (27/10/2015). Buku Revolusi Pancasila merupakan karya Yudi Latif yang bercerita mengenai gagasan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara.
WARTA KOTA, PALMERAH -- Sepak terjang politisi ini selalu menarik untuk diketahui masyarakat.
Demokrasi tidak pernah jauh dari eksistensi politisi di negara ini termasuk Megawati Soekarnoputri.
Sepak terjang Mega yang merupakan politisi perempuan terhebat di negara ini memang selalu menarik untuk diulas.
Ketua Umum PDIP yang memimpin dengan penuh ketegasan dan prinsip demokrasi ini seperti politisi yang tidak lekang oleh waktu.
Apa jadinya jika rahasia yang terpendam lama dari pena seorang wartawan tentang seorang sosok Ibu rumah tangga?
Mungkin menjadi biasa dan terkesan hambar jika figur tersebut seperti kebanyakan orang.
Namun, akan menjadi "luar biasa" jika sang Ibu ini bisa "memimpin" dan menjadi sosok sentral rontoknya sebuah rezim yang sangat tiran dan otoriter.
Rahasia terpendam dari 22 wartawan "nekad" ini akhirnya terkuak dalam sebuah buku yang bertajuk "Menangis dan Tertawa bersama Rakyat". Uniknya pula, dua diantara 22 wartawan ini berasal dari Jepang dan Swedia.
Wartawan-wartawan old crack ini , sebagian masih setia dengan dunia jurnalistik, dunia menulis, sebagian lagi berkhidmat di bidang pendidikan dan sosial.
Mereka tak sengaja bertemu kembali dengan Megawati, dan tergerak mengumpulkan serpihan catatan terpendam selama menjalankan tugas jurnalistik mereka, mereportase perjalanan politik Megawati.
Sepak terjang putri tertua sang proklamator Bung Karno itu dimaknai dengan beragam sudut pandang.
Misalnya, kisah Megawati melampaui masa-masa "berat" naik ke panggung politik dan menghadapi kokohnya keangkuhan rezim Orde Baru.
Aneka reportase dari dekat bagaimana Megawati bergerilya menjumpai para pendukungnya di se antero negeri, lengkap negeri.
"Cerita di balik berita soal bagaimana Megawati menjaga persahabatannya di tengah turbulensi politik hingga melambung ke Istana Negara," kata penyunting dan penulis buku, Dr Ari Junaedi MSI, pakar Ilmu Komunikasi lulusan Universitas Padjadjaran Bandung itu, Rabu (23/3/2016).
Tak luput juga, bagaimana sesungguhnya Megawati meladeni wartawan di masa itu, kisah-kisah lucu dan personal yang mewarnai hubungan para wartawan dengan Megawati sebagai nara sumber.
Tulisan 22 wartawan itu tak hanya memotret gambaran Megawati sebagai perempuan yang bersahaja, ibu rumah tangga, seorang istri, politikus, Ketua Umum Partai, Wakil Presiden, Presiden hingga menjadi pada akhirnya, Megawati tak ubahnya ibu bagi seluruh rakyat Indonesia.
Buku ini, diluncurkan di Gedung Arsip Nasional Jakarta pada hari Rabu, 23 Maret 2016 pukul 18.00.
Diterbitkan Gramedia Pustaka Utama buku yang disunting Kristin Samah sebagai editor ini menjadi "pelengkap" hadirnya buku-buku yang mengulas Megawati Soekarnoputri.
Sekaligus menjadi pandora yang menguak sisi kelam sejarah transisi pemerintahan Soeharto ke masa reformasi.
Detik-detik penyerbuan kantor PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta serta terbukanya Cendana untuk Megawati menjadi awal dari gerakan merah menyemut alias merah total di seluruh pelosok tanah air.
Buku ini juga dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban para saksi mata sejarah, yang mungkin saat berkiprah menjadi pekerja media dulu, tidak sempat atau luput dari kebijakan redaksional medianya masing-masing.
Sejumlah tamu dijadwalkan hadir dalam peluncuran buku itu.
Di antaranya Para menteri Kabinet Indonesia Hebat, para menteri kabinet Gotong Royong, para pelaku sejarah dari 1990 - 2014, para politikus partai.
Para tokoh media, wartawan , para penulis dan pewarta foto.
Kerabat dan keluarga Megawati Soekarnoputri.