News Analysis Muradi
Kasus Hambalang dan Karakter Politik Jawa ala Jokowi
Kunjungan mendadak Presiden Jokowi ke Hambalang membuat publik gaduh dan membandingkannya dengan Tour De Java yang dilakukan oleh Mantan Presiden SBY.
WARTA KOTA - Kunjungan mendadak Presiden Joko Widodo ke proyek Hambalang membuat publik gaduh dan membandingkannya dengan Tour De Java yang dilakukan oleh Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menghingat proyek dibangun dan kemudian mangkrak saat pemerintahan SBY.
Saya memandangnya ini hanya suatu kebetulan saja, tujuan Jokowi ke Hambalang murni sebagai tata kelola manajemen olahraga sebagai persiapan menghadapi Asian Games 2018.
Jika kemudian publik membandingkan antara Tour de Java dan Tour de Hambalang itu hanya suatu kebetulan politik saja.
Saya melihat bukan karakter Jokowi mudah untuk merespon sesuatu yang kemudian dianggap tidak real.
Dalam konteks ini saya maksud adalah kritikan yang dilontarkan oleh SBY kepada Jokowi.
Bicara soal karakter, saya melihat Jokowi menerapkan politik Jawa. Di mana karakternya ketika dikritik, akan memilih diam namun semakin keras apa yang dilakukannya.
Kita bisa melihat, saat ini ketika sedang dikritik oleh SBY, Jokowi tidak pernah menyindir balik secara frontal. Padahal sebetulnya bisa saja dia mengkritik balik SBY dengan mengatakan bahwa proyek Hambalang adalah warisan gagal dari pemerintahan SBY.
Tapi hal tersebut tidak dilakukan, Jokowi lebih lembut menghadapinya dengan mengatakan, ini adalah bagian dari tata keola olahraga nasional di mana Hambalang dalam perencanaanya akan dibangun menjadi pusat olahraga baru di Indonesia.
Ini kultur Politik Jawa yang harus dipamahi. Dan ini menurut saya bagus, karena berhasil meredam situasi politik panas antara Mantan presiden dengan presiden sekarang. Hasilnya publik lebih nyaman.
Jokowi saat ini masih memiliki beberapa opsi perlakukan terhadap proyek Hambalang, apakah akan disulap menjadi kawasan hunian baru untuk rakyat atau proyeknya dilanjutkan kembali.
Nah, jika kemudian jadi dilanjutkan, dan ketika diaudit ditemukan kembali penyimpangan yang lain, tentu saja itu adalah risiko politik yang harus ditanggung oleh SBY.
Sebagai Presiden yang telah mewariskan Hambalang, dia telah membiarkan terjadinya praktik-praktik penyimpangan yang terjadi di Hambalang, walaupun ada beberapa orang-orangnya yang ditangkap.
Jadi nanti ada lagi orang-orang yang terlibat dalam Proyek Hambalang kembali terjerat hukum.
Yang harus diingat oleh SBY adalah kasus korupsi itu akan diproses sampai mati, jika pelakunya belum terjerat akan terus dikejar. (Acep Nazmudin)