Suara Warga
Penyeberang Jalan di Jalan Lenteng Agung Ganggu Lalin
Para pejalan kaki lebih memilih menyeberang jalan tanpa menggunakan jembatan penyeberangan orang (JPO).
WARTA KOTA, LENTENG AGUNG - Pada Kamis, 10 Maret 2016, sekitar pukul 12.00 WIB, saya berangkat ke kampus dengan mengendarai sepeda motor melalui Jalan Raya Lenteng Agung.
Kekecewaan saya timbul karena ketika melalui jalan tersebut antrian kendaraan mulai terjadi.
Hal itu terjadi karena para pejalan kaki lebih memilih menyeberang jalan tanpa menggunakan jembatan penyeberangan orang (JPO).
Apalagi banyaknya jumlah volume kendaraan yang melewati rute ini, seperti bus, kopaja, angkot, mobil pribadi dan para pengguna sepeda motor yang hanya bisa melintas dalam satu ruas jalan.
Ditambah dengan angkot yang mengetem sembarangan di tepi Jalan Raya Lenteng Agung yang membuat kemacetan semakin bertambah.
Tidak hanya kemacetan saja yang terjadi melainkan kecelakaan. Peristiwa ini sering dialami antara pejalan kaki dan pengendara motor ataupun mobil.
Padahal di akhir tahun 2013 Pemda DKI sudah membangun JPO yang bertujuan untuk mengurangi kemacetan di Jalan Raya Lenteng Agung.
Namun sayangnya JPO tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik.
Pejalan kaki lebih memilih menyeberang jalan tanpa menggunakan JPO dengan alasan lebih praktis, tidak membuang waktu dan tenaga, dibandingkan menyeberang dengan JPO untuk keselamatannya sendiri.
Saya sebagai pengendara motor merasa terganggu dengan pejalan kaki yang menyeberang jalan dengan sembarangan tanpa menggunakan JPO.
Seharusnya pengendara bisa berkonsentrasi ketika mengendarai kendaraan tanpa harus melakukan rem mendadak karena adanya pejalan kaki yang menyeberang dengan seenaknya.
Jika sudah beberapa kali terjadi kecelakaan mengapa pejalan kaki tidak menyeberang menggunakan JPO yang sudah disediakan? Tidak hanya untuk kepentingan bersama saja melainkan untuk keselamatan diri sendiri.
Melalui tulisan ini saya sebagai pengguna jalan Raya Lenteng Agung berharap pemda DKI dapat segera menyelesaikan masalah lalu lintas yang terjadi.
Adinda Imani Evalia,
Mahasiswi Jurnalistik IISIP Jakarta