Kecelakaan Kereta
Dirjen Perkeretaapian: Itu Bukan Kecelakaan Kereta
"Menurut definisi kecelakaan kemarin adalah kecelakaan jalan raya, bukan kecelakaan kereta api," kata Dirjen Perkeretaapian.
WARTA KOTA, PALMERAH —Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian menanggapi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan commuter line dengan Metromini B80 tujuan Kalideres-Jembatan Lima, Minggu (6/12/2015).
Direktur Jenderal Perkeretaapian, Hermanto Dwiatmoko, mengungkapkan kecelakaan terseebut bukanlah kecelakaan kereta api. "Menurut definisi kecelakaan kemarin adalah kecelakaan jalan raya, bukan kecelakaan kereta api," kata Hermanto dalam konferensi pers di Kantor Kemenhub, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (7/12/2015).
Hermanto menjelaskan, pintu perlintasan yang ada di perlintasan sebidang berfungsi untuk mengamankan perjalaman kereta api. Bukanlah untuk mengamankan kendaraan yang lewat.
Karena, menurutnya, prinsip yang berlaku adalah, jalan kereta api sudah ada terlebih dahulu dan tidak bisa melakukan pengereman mendadak. "Sehingga kalau ada yang mau lewat harus hati-hati dan mendahulukan yang mau lewat (kereta api)," ujarnya.
Ia mengatakan, pada dasarnya filosofi pintu perlintasan dibuat agar tidak ada hewat yang lewat. Hal ini seperti yang ada di tol Jagorawi. "Semuanya dipagar agar binatang tidak masuk. Sebenarnya sama dengan jalan tol," imbuhnya.
Karena itu, dalam UU Perkeretaapian No.23 tahun 2007, dibuat lintasan yang tidak sebidang, jelas Hermanto.
Sementara itu, khusus untuk DKI Jakarta, pihaknya mengaku sudah menyampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta pada 25 November 2014 mengenai 19 perlintasan sebidang yang telah dilengkapi dengan flyover dan underpass untuk ditutup.
"Saya sudah sampaikan kepada gubernur pada 25 November 2014, nomor 401KAB203DJKA/1/2014 kami minta begini (ditutup) jadi ada 19 perlintasan sebidang yang telah dilengkapi oleh fly over dan underpass tetapi pintunya masih dibuka," jelasnya.
Hermanto mencontohkan, salah satunya adalah di Tubagus Angke yang sebelumnya mengalami kecelakaan.
"Lalu Roxy Hasyim Azhari, Pramuka, Letjen Suprapto. Kemudian angkasa, banyak sekali. Lalu yang sering terjadi kecelakaan di Kalibata. Demikian di Tebet, Simatupang yang di bawah tol. Ini sudah kami sampaikan namun sampai sekarang belum ada tanggapan. Nanti akan kami surati lagi," jelasnya.
Sementara, yang saat ini sedang dibuat fly over, yakni di Permata Hijau, Hermanto juga akan langsung menutup perlintasan sebidangnya. "Memang warga banyak protes, tetapi sesuai dengan ketentuan, kami tutup. Sudah tidak bisa lagi," jelasnya. (Agustin Setyo Wardani)