Pengamat: Ahok Jangan Sekadar Mimpi
Cita-cita Ahok menjadikan kawasan Kali Ciliwung sebagai ekowisata menjadi kabar gembira bagi kita semua, utamanya warga DKI Jakarta.
Penulis: Feryanto Hadi | Editor: Andy Pribadi
WARTA KOTA, PALMERAH - CITA-CITA Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadikan kawasan Kali Ciliwung sebagai ekowisata menjadi kabar gembira bagi kita semua, utamanya warga DKI Jakarta.
Sebab, kita tahu, betapa besarnya potensi sungai-sungai di Jakarta untuk dijadikan sebagai tempat wisata maupun bahan baku air bersih, mengingat ada 13 sungai yang membelah Kota Jakarta.
Tapi, menurut pengamat Kebijakan Publik UI, Lisman Manurung, banyaknya permasalahan di sungai-sungai itu, menjadi pekerjaan rumah besar untuk mewujudkan konsep ekowisata.
Kondisi sungai yang mengalami pendangkalan, penyempitan serta masalah permukiman liar warga yang masih banyak yang mendiami bantaran kali.
Tentu butuh investasi sangat besar untuk mewujudkan impian Ahok tersebut.
Keseriusan Pemprov DKI menjadi penting dalam menghadapi tantangan-tantangan itu.
Tetapi, saya optimistis hal itu bisa dilakukan, jika berkaca pada kesuksesan kota-kota lain di dunia yang berhasil mengembangkan wisata air, khususnya sungai, menjadi daya tarik pariwisata bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sebut saja Seoul, Korea Selatan (Korsel) yang notabene memiliki sungai dengan karakteristik lebih rumit ketimbang sungai-sungai di Jakarta.
Tapi dengan kesungguhan dan kerja keras, mereka bisa menjadikan sungai-sungai di tengah kota menjadi menarik dan mampu menambah pendapatan besar bukan dari sektor wisatanya, tetapi juga dari berbagai sektor pendukung lain yang kemudian tumbuh akibat daya tarik sungai menjadi tempat wisata.
Singapura yang memiliki wilayah tidak terlalu luas juga mampu mengoptimalkan pariwisata air.
Bahkan, banyak masyarakat Indonesia sendiri yang datang ke sana tidak hanya untuk belanja, tapi juga untuk menikmati pariwisata. Uang kita yang masuk ke sana sangatlah besar.
Fungsi sungai
Hal sama juga terjadi di kota-kota lain, baik di Asia maupun Eropa yang telah berhasil mengoptimalkan fungsi sungai sebagai daya tarik pariwisata.
Menarik kita tunggu bagaimana konsep Pemprov DKI mewujudkan cita-cita itu. Tetapi, yang penting diperhatikan adakah aspek lain, khususnya optimalisasi fungsi sungai.
Jangan hanya menjadi ekowisata, tapi sungai bisa dikembangkan menjadi pengendali banjir, bahan baku air bersih mauppun konservasi.
Kegiatan berbasis sosial budaya dan sejarah juga menarik untuk digelar secara rutin nantinya. Misalnya festival air, pagelaran budaya, jelajah sejarah dan sebagainya.
Kalau hal ini terwujud, akan menjadi sesuatu yang luar biasa.
Sudah saatnya Jakarta menjadi kota ramah air, tidak hanya distigmakan sebagai kota langganan banjir. Ahok harus merealisasikan mimpinya, jangan hanya berangan-angan. (fha)