Suara Warga

Ojek Tak Perlu Memusuhi Go-Jek

Di beberapa tempat di Jakarta para tukang ojek bahkan sampai melakukan tindak kekerasan terhadap tukang Go-Jek.

Oik Yusuf/Kompas.com
Helm hijau Go-Jek menjadi salah satu penanda identitas pengendara ojek yang tergabung dalam layanan ojek panggilan tersebut. 

WARTA KOTA, BENDUNGAN HILIR - Belakangan ini ramai dikabarkan tentang pro-kontra kehadiran Go-Jek.

Di beberapa tempat di Jakarta para tukang ojek bahkan sampai melakukan tindak kekerasan terhadap tukang Go-Jek.

Mereka menolak kehadiran ojek dengan sistem pemesanan menggunakan smartphone itu.

Saya pernah menggunakan jasa Go-Jek, jadi saya bisa merasakan perbedaan layanan Go-Jek dengan ojek tradisional. Masing-masing punya plus-minus.

Namun, bagi saya yang ingin menuju ke tempat tertentu tapi tidak tahu tarif yang umum, akan lebih memilih Go-Jek karena dia menggunakan perhitungan tarif yang pasti.

Sebaliknya, jika menggunakan ojek tradisional saya khawatir akan dikenai tarif yang di luar kewajaran.

Saya sudah berulang kali mengalami keadaan seperti itu.

Setelah saya sampai tujuan, saya tanya ke orang yang saya tuju tarif umum berapa, ternyata yang saya bayarkan jauh lebih tinggi dari tarif umum.

Dari pengalaman itu, sebaiknya para pengojek tradisional tak perlu memusuhi Go-Jek.

Yang perlu mereka lakukan adalah memperbaiki mutu layanan, khususnya jangan menjebak pengguna yang tidak tahu tarif umumnya.

Selain itu, mereka juga perlu memperbaiki penampilan, jangan terkesan kumuh.

Jadi, Go-Jek harus dianggap sebagai pesaing, bukan musuh. Karena itu, tak perlulah dimusuhi.

Tomi Wiwoho,
Bendungan Hilir,
Jakarta Pusat

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved