Lipsus Edisi Cetak
Harus Siap Mandikan Jenazah Dalam Kondisi Apapun
Bagi No'an dan Jalinah yang paling menarik adalah saat memandikan jenazah mendiang Menkes Endang Rahayu
WARTA KOTA, CILANDAK - Pengalaman menarik lain yang dialami Jalinah adalah memandikan jenazah mendiang Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. "Saya waktu itu ditelepon, saya diminta untuk memandikan almarhumah Ibu Menkes Endang," cerita Jalinah.
Ketika ditanya pengalaman memandikan jasad mayat paling parah, Jalinah mengatakan, dirinya memandikan jenazah korban tewas akibat tertabrak kereta api. Namun, ia mengaku iklas dan senang menjalani profesinya.
Satu yang terpenting baginya adalah membantu mensucikan jasad yang tak dia kenal untuk menghadap sang khalik. "Paling parah korban tertabrak kereta api yang saya mandikan," paparnya.
Jalinah dinikahi No'an satu tahun pascaperistiwa G30S/PKI 1965. Jauh sebelum menekuni profesi sebagai pemandi jenazah, keduanya mencari nafkah secara serabutan.
Takdir mengubah nasib No'an pada 1995. Kala itu, pemandi jenazah yang bertugas di Kampung Pondok Labu meninggal dunia. No'an ditunjuk sebagai penggantinya. Memandikan jenazah warga Kampung Pondok Labu pun dijalani mulai saat itu. Dua tahun kemudian Jalinah mebantunya.
Selama 13 tahun pertama, mulai 1995 hingga 2008, No'an dan Jalinah hanyalah pemandi jenazah kampung. Rata-rata jenazah yang ditangani pun meninggal dalam keadaan normal.
Baru sejak November 2008 mereka menjadi pemandi jenazah tetap di RS Fatmawati. "Kebetulan waktu itu ada lowongan dari (RS) Fatmawati. Saya datang, salaman sama pimpinan, langsung diterima," ucap No'an.
Sejak saat itu, mereka lekat dengan segala kondisi jenazah. Baik yang mati secara normal maupun yang mengenaskan. Termasuk, puluhan korban tragedi Situ Gintung yang terjadi lima bulan setelah mereka menjadi pemandi jenazah di RSUP Fatmawati. Hingga kini, aktivitas itu menjadi pekerjaan satu-satunya.
Saat ini, No'an-Jalinah mengaku dibayar Rp 120.000 per jenazah oleh RS Fatmawati. Sedangkan bila dipanggil ke kampung-kampung, bayarannya lebih tinggi. Berkisar Rp 600.000-Rp 800.000 per jenazah. Lebih mahal karena mereka juga menyediakan perlengkapan jenazah seperti kain kafan, kapas, alat cuci, dan lain-lain. Sedangkan di rumah sakit, alat-alat itu telah tersedia.