Pendidikan

Hasil UN Jadi Salah Satu Penentu Kelulusan Siswa Masuk PTN

Hasil Ujian Nasional (UN) akan digunakan sebagai salah satu parameter menentukan kelulusan calon mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri

Editor: Lucky Oktaviano
Kompas.com
Ilustrasi ujian nasional. 

WARTA KOTA, JAKARTA - Hasil Ujian Nasional (UN) akan digunakan sebagai salah satu parameter menentukan kelulusan calon mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri (PTN) pilihan masing-masing.

Sebelumnya, UN tidak diperhitungkan dalam penyaringan mahasiswa baru ke PTN dari jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) karena pengumuman kelulusan UN dijadwalkan lebih lambat dibandingkan dengan pengumuman kelulusan SNMPTN.

Pengumuman kelulusan SNMPTN dijadwalkan pada 9 Mei 2015, sementara pengumuman UN pada 18 Mei 2015.

Namun, kemudian baik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bersepakat untuk mengumumkan penggunaan hasil UN jenjang SMA sederajat untuk pertimbangan seleksi calon mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN.

"Hasil UN nanti akan menjadi salah satu faktor menentukan calon mahasiswa yang mendaftar SNMPTN diterima atau tidak, kata Ainun Naim, Dirjen Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, mewakili Menristek Mohammad Nasir, di Gedung A Kemendikbud, Rabu (25/2/2015) siang.

Meski begitu, ia menjelaskan, ketentuan penggunaan nilai UN mutlak ditentukan oleh panitia SNMPTN masing-masing. Hal ini, kata Ainun, karena perguruan tinggi mempunyai otoritas akademik.

"Puspendik, menyerahkan hasil pengolahan hasil UN selembatnya pada 2 Mei 2015," katanya.

Sementara, Peraturan Menristekdikti No.2 Tahun 2015 menyatakan, SNMPTN dilakukan berdasarkan hasil penelusuran prestasi akademik calon mahasiswa dengan prinsipkeadilan, akuntabilitas, dan transparansi.

Rochmat Wahab, Ketua Panitia SNMPTN 2015, menjelaskan pihaknya mengapresiasi hasil UN untuk dimanfaatkan secara optimal. Dalam penentuan berapa prosentase penggunaan nilai UN, tergantung dari jurusan yang dipilihnya.

"Misalnya siswa yang memilih jurusan sosiologi, kalau nilai IPSnya lebih tinggi, dibandingkan dengan yang nilai IPSnya lebih rendah, tentu yang lebih tinggi mendapat privilege," kata Rochmat.

Ia menambahkan, dengan skema seperti ini, proses pembelajaran akan menjadi lebih baik dan tidak mengurangi motivasi siswa untuk belajar. (Agustin Setyo Wardani)

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved