Meriam si Jagur Pindah ke Taman Fatahillah
Banyak yang penasaran dengan bentuk kepalan tangan di bagian belakang meriam. "Meriamnya lucu," kata perempuan bernama Vita.
Penulis: Feryanto Hadi | Editor:
WARTA KOTA, TAMANSARI - Taman Fatahillah di kawasan Kota Tua menjadi menjadi magnet bagi masyarakat. Setelah taman ini kembali dibuka untuk umum beberapa hari lalu, pada akhir pekan ini ribuan orang kembali memadati kawasan itu untuk menikmati rona-rona Batavia.
Apalagi, kini ada pemandangan berbeda di sekitar Taman Fatahillah. Pada malam hari, lampu-lampu hias tampak bertebaran di sela batu adesit yang menjadi lantai taman. Di area taman juga bebas dari Pedagang Kaki Lima (PKL), membuat pengunjung lebih nyaman saat berkumpul.
Meriam si Jagur, yang sebelumnya ditempatkan di area dalam museum, kini sudah berdiri kokoh di Taman Fatahillah, tepatnya di dekat pintu masuk taman samping kantor pos. Alhasil, keberadaan meriam yang melegenda itu memantik perhatian pengunjung.
Banyak yang penasaran dengan bentuk kepalan tangan di bagian belakang meriam. "Meriamnya lucu," kata seorang perempuan bernama Vita (22). Dia mengaku baru pertama kali melihat meriam ini setelah tiga kali kunjungannya ke kawasan Kota Tua. "Soalnya kalau ke sini nggak pernah masuk ke museumnya," katanya.
Rosma (22), bersama tiga rekannya sore itu juga terlihat berfoto-foto bersama Meriam si Jagur. "Ini kan yang tadinya di belakang museum," kata dia. Selain Vita dan Rosma, tidak sedikit pengunjung yang mengabadikan moment kunjungannya ke Kota Tua dengan berfoto bersama si Jagur.
Meriam kondang Meriam Si Jagur sudah kondang ke mana-mana. Bentuknya unik ditambah sejarah panjang yang melingkupinya. Meriam ini juga menyimpan banyak kisah mistis. Bahkan, pada jaman dulu, dikisahkan banyak masyarakat yang datang ke meriam ini hanya untuk "ngalap berkah".
Meriam ini punya catatan cukup panjang, hingga akhirnya bisa sampai di Museum Sejarah Jakarta. Meriam Si Jagur dibuat oleh seorang berdarah Portugis, kemudian dituang oleh Manoel Tavares Bocarro di Macau, China.
Di Macau, meriam ini oleh Portugis ditempatkan di benteng St. Jago de Barra yang lokasinya dekat pantai. Karena hal inilah kemudian meriam ini mendapat julukan Si Jagur. Pada bagian punggung meriam ini, terukir tulisan berbahasa latin "Ex me ipsa renata sum." Artinya, "dari aku sendiri aku dilahirkan kembali."
Pada 1962, tulisan 7.000 ditambah di depan lubang penyulut atas perintah Direktur Jenderal Joan van Hoorn yang saat itu ingin mengetahui berat meriam Si Jagur. Meriam ini begitu besar dan berat. Wajar saja, Panjangnya mencapai 3,81 meter, berat 7.000 lb atau 3,5 ton dan diamater dalam atau kalibernya 24 sentimeter.
Cocok untuk peluru batu seberat 36 pon atau peluru besi 100 pon. Dikisahkan, kala portugis menguasai Malaka awal abad 16, Si Jagur dipindahkan dari Macau ke Malaka. Kemudian, meriam dibawa ke Batavia oleh Belanda usai merebut Malaka pada 1641.
Pada awalnya, oleh VOC, meriam itu ditempatkan di Benteng Batavia untuk menjaga pelabuhan. Tapi, kemudian dipindahkan ke magasin artileri dekat jalan Tongkol. Seusai magasin dibongkar pada 1810, Si Jagur ditinggalkan.
Selain besar dan berat, bentuk Meriam Si Jagur juga unik. Sebab, di bagian belakangnya berbentuk tangan dengan ibu jari dijepit antara jari telunjuk dan jari tengah. Kepalan tangan itu diperkirakan kepalan tangan wanita.
Hal itu bisa dilihat dari gelang mutiara pada pergelangan tangan yang menyembul dari lengan baju berbordir. Bentuk kepalan tangan itu dalam bahasa Portugis disebut "mano in figa" yang diartikan sebagai simbol menangkal kejahatan atau juga untuk mengejek orang Belanda, sebagai musuh besar orang Portugis.
Bentuk ini pula dilambangkan dengan kejantanan atau kesuburan. Kepala Museum Sejarah Jakarta, Eny Prihantini mengatakan, pemindahan Meriam si Jagur ke area Taman Fatahillah merupakan bagian dari upaya menjadikan kawasan Kota Tua sebagai ikon wisata di Jakarta.
"Masih terkait revitalisasi Kota Tua," katanya ketika dihubungi, Sabtu (21/12). Sayangnya, benda yang menyimpan segudang kenangan sejarah ini juga tidak dilindungi secara serius atau tidak dipagari.
Selain itu, harusnya di pihak terkait memasang keterangan terkait meriam tersebut agar masyarakat turut menjaga benda bersejarah itu.