Dijambret, Bu Guru Tewas Terpelanting

Baru diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) bulan November 2012 ini, seorang guru SMKN 23 Jakarta justru tewas ketika hendak mengambil Surat Keputusan (SK) pengangkatannya.

Editor:

Senen, Wartakotalive.com

Baru diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) bulan November 2012 ini, seorang guru SMKN 23 Jakarta justru tewas ketika hendak mengambil Surat Keputusan (SK) pengangkatannya. Guru perempuan bernama Sundari (37) itu tewas setelah jatuh terpelanting dari sepeda motor gara-gara tasnya dijambret penjahat.

Penjahat menarik tas yang disampirkan di pundak Sundari. Tas yang hanya berisi ponsel dan dompet itu terlepas dari badan Sundari dan gagal dibawa penjahat. Sedangkan Sundari yang kehilangan keseimbangan terjatuh hingga kepalanya membentur aspal.

Peristiwa naas itu terjadi di depan Optik Melawai di Jalan Salemba Raya, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Selasa (27/11) siang. Lokasi penjambretan hanya sekitar 200 meter dari tempat yang hendak dituju Sundari untuk mengambil SK PNS-nya, yakni Gedung Mensa di samping SMAN 68 Jakarta di Jalan Salemba Raya.

Saat itu Sundari diboncengkan oleh Supono (47), penjaga sekolah. Mereka menggunakan motor Suzuki bernopol B 6745 BAK. Sundari duduk menyamping lantaran memakai rok. Tak lupa ia memakai helm yang dipinjamnya dari teman.

Di lokasi kejadian, mendadak ada sepeda motor RX King yang ditumpangi dua orang datang dari arah kiri dan menarik tas milik Sundari. Ibu dua anak itu terpelanting dan kepalanya membentur aspal, sementara tasnya terlempar dan gagal diambil penjahat. Saat itu, kondisi jalan sepi, makanya motor melaju cukup cepat.

"Begitu dia (Sundari—Red) terjatuh, saya langsung memberhentikan motor," kata Supono, ketika ditemui di Kamar Jenazah RS Cipto Mangunkusumo, kemarin siang. Sementara itu pelaku melarikan diri.

Begitu diangkat, Sundari sudah tak sadarkan diri. Supono kemudian menggendong Sundari, lalu membawanya masuk ke taksi. Taksi kemudian memutar balik dan masuk ke RS Sint Carolus yang berada dekat lokasi kejadian. Saat ditolong, Sundari sempat mengeluarkan darah dari mulutnya.

Menurut Supono, kemungkinan Sundari mengembuskan napas terakhir ketika tengah digendong ke IGD RS Sint Carolus. "Dia menarik napas panjang, makanya saya lekas berteriak memanggil namanya," kata Supono. Jenazah Sundari kemudian dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo.

Penyabar

Menurut pantauan Warta Kota, kemarin siang sampai sore di Kamar Jenazah RSCM, murid-murid Sundari tampak berkumpul. Mereka sebagian besar masih mengenakan seragam abu-abunya.

Mereka duduk di sepanjang kamar jenazah. Ada yang membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan, lalu berdoa bersama-sama. Kemudian, ada pula yang tampak terus-terusan menangis di sudut-sudut ruangan. Beberapa kali guru tampak mengingatkan siswi yang terus-terusan histeris agar berhenti.

Murid-murid yang datang bukan hanya siswa jurusan Akuntansi saja, tetapi murid jurusan Pemasaran dan Perkantoran pun ikut berdatangan. Bahkan, sejumlah alumni SMKN 23 Jakarta juga datang pada sore harinya. Mereka datang dengan mengenakan baju bebas.

Setiap murid, menyukai cara mengajar Sundari yang santai, tidak pemarah, dan selalu mengajarkan muridnya sampai benar-benar mengerti. "Dia tidak pernah marah dan sabar kalau mengajari anak-anak yang tidak cepat paham," kata Wibowo (17), salah satu murid Sundari.

Makanya, gaya mengajar Sundari yang penyabar dan tidak pernah marah inilah membuat siswa-siswi jadi simpatik terhadap Sundari. Itu terbukti, dalam sebuah pemilihan guru favorit yang memang selalu diadakan di SMKN 23 Jakarta setiap tahunnya, Sundari terpilih jadi guru Favorit pada tahun 2012 ini.

Kematian Sundari membuat suaminya, Suwarto (40) yang juga guru olahraga di SMAN 90 Jakarta, bersedih. Apalagi, dia dan Sundari memiliki dua anak yang masih kecil, yakni Afi (5) dan Ajib (3). Suwarto tak dapat berkata apa-apa ketika melihat jenazah istrinya sudah terbujur di kamar jenazah.

Ranu Yudhoyono, salah satu rekan sejawat Sundari mengatakan, Sundari termasuk sosok orang daerah yang sukses di Jakarta. Sundari datang dari Magetan, Jawa Timur berbekal Ijazah S1 pendidikan. Dia masuk ke SMKN 23 Jakarta bukan sebagai guru PNS, tetapi sebagai guru honor. Namun, Sundari tetap menjalankan profesinya sebagai guru honor, sampai akhirnya ia diangkat menjadi PNS awal bulan November ini. (ote)

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved