JELAJAH MUSEUM

Kisah dan Mitos Seputar Layang-Layang

Kepala naga yang menjadi bagian teratas dari layangan, jika sedang berada di angkasa, seolah hidup dan menari.

|
Penulis: Feryanto Hadi |

MASUK ke bangunan utama Museum Layang-Layang Indonesia, kita akan segera disajikan oleh pemandangan yang menarik. Bayangkan, di ruang yang tidak terlalu besar ini, beragam layang-layang dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara, menghiasi seluruh bagian ruangan.

Dua layangan 3 Dimensi besar menjadi penyambut bagi para pengunjung. Salah satu layang-layang berukuran besar itu bernama Janggan, berasal dari Bali. Layangan ini barangkali menjadi salah satu koleksi yang paling menarik. Bayangkan, selain bentuknya yang unik, layangan ini memiliki panjang ekor lebih dari 100 meter yang membuatnya gagah saat dia menembus angkasa. Kepala naga yang menjadi bagian teratas dari layangan, jika sedang berada di angkasa, seolah hidup dan menari.

Dari informasi yang kami dapat, banyak perlakuan khusus yang diperlukan untuk kepala naga pada layang-layang Janggan ini. Layang-layang ini, oleh masyarakat Bali, disimpan di dalam Pura, ketika tidak digunakan berlayang, dan baru dikeluarkan saat akan dilakukan upacara pensucian layangan akan dimulai, tepatnya dua hari menjelang pesta layang-layang Bali.

Layang-layang lain yang berada di dalam ruangan ini adalah Len Bulenan, berasal dari Madura. Len Bulenan, dalam bahasa Madura berarti bulan. Layang-layang ini, rangkanya terbuat dari bamboo dan bahan pembungkusnya terbuat dari plastik berwarna putih. Bentuk layangan ini terdiri dari bentuk purnama dan bulan sabit. Umumnya, layangan ini dipasang juga alat bunyi yang dapat mengeluarkan suara saat terbang, seperti layangan tradisional Indonesia yang lain.

Layang-layang Koangan dari Jakarta menjadi koleksi menarik lain di museum ini. Layang-layang tradisional yang rangkanya terbuat dari bambu yang diraut ini memiliki bentuk yang cukup sederhana. Badan layangan dibungkus dengan kertas minyak. Selain itu, layang-layang ini juga dilengkapi dengan bunyi-bunyian yang merdu sehingga dikenal sebagai layang-layang koang atau koangan. Sedangkan warna-warna pada layangan ini tidak mempunyai arti khusus, hanya saja biasanya banyak layang-layang ini diberi hiasan ornament jika diperlombakan pada acara-acara khusus.

Cerita lain tentang layang-layang

Layang-layang yang menjadi koleksi di Museum Layang-Layang Indonesia, tidak hanya menarik dari sisi bentuknya saja. Namun, cerita di balik layang-layang itu yang membuat layang-layang itu menjadi lebih istimewa.

Beberapa koleksi layang-layang di sini, mempunyai catatan mitos tersendiri, sesuai dari asal layangan tersebut. Bahkan, di beberapa tempat, layang-layang dianggap sebagai benda magis. Seperti layang-layang yang berasal dari Jawa, misalnya.

Di Jawa, ada layang-layang yang digunakan untuk mengusir serangga dan burung liar di ladang sawah. Misalnya saja layang-layang tradisional Pepetengan yang berasal dari Jawa Barat. Layang-layang ini, oleh sebagian masyarakat Jawa Barat, difungsikan juga untuk menjaga sawah mereka. Melalui bunyi dan motif hiasan di dalamnya, Pepetengan diterbangkan berhari-hari untuk menghalau burung yang mengganggu padi.

Di Bali, cerita tentang layang-layang juga tak kalah menarik. Masyarakat Bali, masih kerap menggunakan layang-layang untuk melindungi singgasana para dewa. Dewa Layang-layang di Bali adalah Rare Angon. Dewa itu selalu diberi sesaji dan disembah sebelum layang-layang diterbangkan. Layang-layang yang telah disucikan itu merupakan benda sakral dan disyaratkan tidak boleh menyentuh tanah. Bila hal itu tidak diindahkan, konon akan terjadi kemalangan.

Cerita unik lain berasal dari daerah di Sumatera Barat, dimana sebagian masyarakat masih percaya pada layang-layang bertuah yang bisa memikat anak gadis. Layang-layang ini, bernama dangung-dangung.

Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar. Sedangkan di Kalimantan Selatan, layang-layang Dandang dipercaya bisa menjadi berkah bagi masyarakat Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Di beberapa daerah lain, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu. Biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian.

Tentunya masih banyak koleksi layang-layang lain yang ada di Museum layang-Layang Indonesia, baik layang-layang dari dalam negeri maupun dari mancanegara. Masing-masing layang-layang, memiliki cirri khas dalam bentuknya maupun cerita yang mengiringinya. Penasaran? Maka sempatkanlah waktu untuk berkunjung ke museum yang beralamat di di Jalan H. Kamang No. 38 Pondok labu, Cilandak, Jakarta Selatan ini.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved