Dosen UI Ciptakan Penyembuh Kanker

Prof Dr Warsito Purwo Taruno membuat geger (heboh) dunia medis, tidak hanya di Indonesia bahkan sampai mancanegara.

|

Tangerang, Wartakotalive.com

Prof Dr Warsito Purwo Taruno membuat geger (heboh) dunia medis, tidak hanya di Indonesia bahkan sampai mancanegara. Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia (UI) ini berhasil menciptakan alat pembunuh kanker yang mujarab.

Manfaat alat ciptaannya ini sudah dirasakan sedikitnya 3.000 penderita kanker. Umumnya para pengguna alat berbentuk bra wanita, celana, dan helm ini sembuh dari penyakit yang mematikan itu. Warsito mengaku tidak menjual alat itu, tetapi menyewakan selama 6 bulan dengan tarip Rp 4 juta. Tapi bagi yang tidak mampu, Warsito memberi keringanan yakni hanya membayar 30 persennya atau sekitar Rp 1.200.000 dengan catatan ada surat keterangan miskin dari kelurahan.

Ditemui di kantornya, Ctech Labs, baru-baru ini, Warsito mengatakan, ada sekitar 50 jenis alat yang dia sediakan untuk dipergunakan para pasien kanker. "Dari sekitar 3.000 orang itu, 70-80 persen di antaranya kondisinya membaik. Dan pasien yang sembuh total jumlahnya mencapai di atas 100 orang," kata Warsito seperti dikutip Tribunnews.com.

Warsito mengaku mulai membuat alat ini ketika mengajar di Ohio State University, Amerika Serikat, tahun 2001, setelah hijrah dari Jepang pada 1999. Dia tergerak hati untuk menolong Suwarni, kakaknya yang menderita kanker payudara. Dan lebih tragis lagi, dokter mengdiagnosis, akibat digerogoti sel-sel kanker ganas, jika tidak ada mukjizat, nyawa Suwarni tinggal bertahan dua tahun.

Tidak mau kehilangan sang kakak, Warsito memutar otak menciptakan alat pembunuh kanker yang bersarang di payudara. Bermodal penguasaan ilmu di bidang electrical capacitance volume tomography (ECVT) atau tomografi medan listrik, laki-laki 44 tahun ini membuat pemindai yang bisa mendeteksi posisi tumor atau kanker di tubuh manusia. Ternyata ampuh, sang kakak bisa sembuh.

Tahun 2003, di tengah kariernya yang cemerlang di Amerika, satu dari 15 peneliti terkemuka yang menjadi anggota Industrial Research Consortium itu memutuskan menyempurnakan alatnya di Tanah Air.

Ia mendirikan Ctech Labs Edwar Technology dan rela pulang-balik Jakarta-Ohio untuk mengajar di Ohio State University. Dua tahun kemudian, Warsito sudah menerima paten atas temuannya itu dari biro paten Amerika. ECVT-nya telah dibeli berbagai lembaga, termasuk NASA, yang memakainya untuk memindai keretakan dinding pesawat. Untuk Indonesia, ia membuat Sona CT Scanner, yakni pemindai ultrasonik untuk memeriksa dinding tabung gas bertekanan tinggi yang digunakan pengelola Bus Transjakarta.

Sejumlah pejabat

Menurut Warsito, sejumlah pejabat mengobati penyakitnya dengan alat buatannya, namun Warsito enggan menyebutkan identitas pejabat tersebut. "Tempat ini bukan klinik ya, kami tidak meminta orang yang datang untuk menginap maupun meminum obat dari kami. Tempat ini adalah payung dari penelitian tentang alat saya," ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, setiap penderita kanker yang datang akan disodorkan formulir persetujuan yang menegaskan perkembangan kesehatan sang penderita akan digunakan untuk kepentingan penelitian medis. Ia mengaku sejauh ini tidak pernah menemui kendala mengenai perizinan usaha tersebut. "Alat kami menggunakan tenaga listrik sekitar 3 volt, dan memang tidak ada peraturan yang bisa mengatur hal tersebut," tutur Warsito.

Di ruko dua lantai tersbut, Warsito bersama puluhan stafnya mengumpulkan data mengenai efek dari ciptaannya terhadap penderita kanker. Kini ia tengah mengumpulkan syarat-syarat, agar alat tersebut mendapatkan clearance dari Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, sehingga penggunaan alat tersebut bisa disejajarkan dengan kemoterapi ataupun radiasi di rumah sakit. (tat)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved