Santap Sushi Sambil Berdiri

Kebanyakan restoran atau rumah makan menyediakan kursi atau sofa yang nyaman saat bersantap. Tapi, bagaimana jika satu restoran justru membiarkan pelanggannya berdiri sambil mengunyah makanan.

|

Kelapagading, Wartakotalive.com

Kebanyakan restoran atau rumah makan menyediakan kursi atau sofa yang nyaman saat bersantap. Tapi, bagaimana jika satu restoran justru membiarkan pelanggannya berdiri sambil mengunyah makanan. Cara bersantap berdiri itu hanya ada Standing Sushi Bar, Lantai I La Piazza, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Tradisi kebanyakan orang Indonesia, makan ya sambil duduk. Jika ada yang makan sambil berdiri cenderung dianggap kurang sopan.

Tapi, saat ini, makan sambil berdiri sudah dianggap lumrah. Tengok saja di pesta pernikahan di gedung-gedung megah. Para tamu undangan dibiarkan berdiri sambil menyantap hidangan.

Kali ini, Restoran Standing Sushi Bar juga menawarkan gaya yang sama. Makan sushi sambil berdiri. Restoran itu menyediakan meja yang memanjang. Selain itu, pengunjung juga bisa melihat langsung pembuatan makanan khas Jepang itu.

Tapi, jika Anda tidak nyaman makan sambil berdiri, Standing Sushi Bar juga menyediakan kursi. Jumlah kursinya amat terbatas, hanya tersedia delapan kursi tinggi yang diletakkan di depan meja bar. Jika Anda ingin ikut-ikutan berdiri di depan meja bar, dorong saja kursi tinggi itu ke kolong meja bar. Anda pun bisa berbaur dengan pengunjung lainnya yang menyantap makanan sambil berdiri.

"Harusnya memang suasananya disesuaikan dengan nama Standing Sushi Bar itu sendiri, tetapi kami sadar bahwa makan itu enaknya memang sembari duduk. Untuk itu, kami menyediakan delapan kursi yang ada di bar dengan posisi bangku yang bisa di atur," ujar Sylvia selaku Marketing Standing Sushi Bar, saat ditemui di Standing Sushi Bar, Senin (29/10).

Standing Sushi Bar menyediakan dua ruangan, yakni satu ruangan dilengkapi dengan pendingin dan satu ruangan lagi tanpa pendiring ruangan. Ruangan tanpa AC itu berada di outdoor sehingga pengunjung bisa melihat langsung atraksi panggung yang ada di La Piazza.

Selain itu, ruangan outdoor itu dilengkapi meja pendek setinggi pinggul orang dewasa dilengkapi kursi kayu berjok dan sandaran empuk. "Total keseluruhan kapasitas yang kami sediakan itu ada 140 kursi," ujar Sylvia.

Sylvia mengatakan, bahwa restoran yang dikelolanya itu memang menawarkan suasana yang berbeda dengan restoran sushi lainnya. Begitu juga dengan makanan yang disajikannya akan membuat pelanggannya ketagihan. "Makanan yang ada di kami itu lebih ke Japanese food tapi ada fusion, ada pasta dan noodle-nya juga, jadi tidak baku seperti restoran Jepang lainnya," tutur Sylvia.

Contohnya, menu spicy shake pasta. Makanan berbahan dasar spaghetti itu dalam olahan Standing Sushi Bar menawarkan rasa yang berbeda. Lumuran mayones yang kaya bumbu sehingga rasanya sungguh berbeda dengan pasta di restoran lainnya. Di atas pasta ditaruh irisan tipis daging ikan salmon yang pucat. Lembaran salmon itu digulung seakan menyerupai kuncup bunga yang mulai merekah.

"Kalau langsung diaduk saat awal disajikan, maka daging salmonnya akan berubah warna karena matang. Sebab pastanya sendiri panas, sehingga membuat daging salmonnya juga matang," kata Sylvia.

Menu lainnya, kani tanuki tobiko mayo. Makanan itu diolah dari daging kepiting yang ditutup dengan kremes. Kremes itu diolah dari adonan untuk membuat tempura. Sajian itu juga dilengkapi dengan saus teriyaki dan mayones, serta butiran biji jagung.

Sedangkan menu shake mentaiko mozarella maki akan membuat lidah terus bergoyang. Pasalnya, sajiannya menggunakan keju yang meleleh karena digoreng. Sajian itu menjadi favorit pengunjung. "Karena begitu dimakan dalam keadaan masih hangat, rasa kejunya enak banget," ujar Sylvia.

Jika Anda memilih jumbo dragon roll akan memperkaya penjelajahan cita rasa masakan Jepang. Sushi yang berbentuk kepala naga ini memakai adonan tempura dan irisan wortel di atas sushi. "Untuk fusion sushi memang di-created sedemikian rupa oleh chef kami, yang ditambahkan dengan berbagai paduan bahan. Salah satunya seperti irisan alpukat yang dipotong berbentuk segitiga," ucap Sylvia.

Restoran yang berada di pusat pertokoan membuat jam operasional Standing Sushi Bar disesuaikan dengan jam operasional pusat pertokoan itu, yakni pukul 11.00-22.00. Sedangkan pada akhir pekan, Standing Sushi Bar buka lebih lama satu jam. "Akhir pekan di La Piazza itu Jumat dan Sabtu, sedangkan kalau Minggu cenderung sepi, dan konsumen yang datang pun biasanya family," ujar Sylvia.

Waralaba dari Singapura

Standing Sushi Bar di La Piazza, Kelapa Gading, sudah ada sejak 15 Januari 2012. Restoran itu waralaba dari Singapura. "Pusatnya itu di Singapura, ada dua outlet di Singapura. Sedangkan di Indonesia baru satu ya baru di La Piazza ini saja," katanya.

Menurut dia, konsep Standing Sushi Bar La Piazza hampir sama dengan Standing Sushi Bar di Singapura. Tapi, ada satu outlet di Singapura yang sama sekali tidak menyediakan kursi untuk para pengunjungnya.

Untuk kualitas masakannya, Standing Sushi Bar di La Piazza di bawah pengawasan chef master dari Standing Sushi Bar di Singapura. "Kami pakai chef lokal, tetapi soal rasa masih dalam pengawasan dari chef yang di Singapura, agar kualitas makanan dan rasa memiliki standar yang sama dengan yang di Singapura," ujar Sylvia. Sedangkan bahan dasar saus, Standing Sushi Bar harus memesannya langsung dari Jepang.

Selain itu, untuk memanjakan pengunjungnya, restoran itu menyediakan stop kontak di setiap meja. "Sekarang ini, kayaknya orang tidak bisa hidup tanpa BB (BlackBerry) atau (stop kontak) bisa juga bagi yang membawa laptop," katanya. (vin)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved