Jauh-jauh dari Cilacap, 3 Perantau Diperas Kupu-kupu Malam di Jakarta

Merantau untuk mencari kerja, eh malah dikerjai. Itulah pengalaman pahit 3 pria asal Cilacap, Jawa Tengah, bernama Tiko Priastomo (20), Dwi Gunawan (19), dan Ahmad Kholid (19).

|

Palmerah, Wartakotalive.com

Merantau untuk mencari kerja, eh malah dikerjai. Itulah pengalaman pahit 3 pria asal Cilacap, Jawa Tengah, bernama Tiko Priastomo (20), Dwi Gunawan (19), dan Ahmad Kholid (19).

Mereka diperas 3 wanita pekerja seks komersial (PSK) di Jalan Raya Bekasi Timur, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (4/9) malam. Di bawah ancaman laki-laki kekar bertato, rekan para PSK itu, uang Rp 317.000 dan 3 ponsel milik ketiga perantau dirampas.

Dwi, salah satu perantau, mengadukan kasus itu ke pamannya yang tinggal di Prumpung, Jatinegara. Bersama sejumlah warga, mereka mendatangi tempat para PSK mangkal di Jalan Raya Bekas Timur dan memancing 3 PSK pemeras dan sang preman.

Dari 3 PSK, mereka berhasil menangkap 2 orang, Iis dan Nia, warga Cipinang Besar Selatan, Jatinegara. Sedangkan sang preman tak muncul. Kedua PSK itu digelandang ke Mapolsektro Jatinegara, Rabu (5/9) dini hari.

Tiko menjelaskan, awalnya ia dan dua rekannya hendak membeli sepatu di pasar malam depan Stasiun KA Jatinegara. Sepatu itu akan digunakan untuk melamar kerja saat wawancara di pabrik peleburan baja di Karawang, Jawa Barat, Rabu pagi.

Menurut Tiko, selama merantau sejak dua hari setelah Lebaran itu, ia dan Ahmad menyewa sebuah kontrakan di Sumber Artha, Bekasi, Jawa Barat. Sementara Dwi menumpang pamannya di daerah Prumpung, Jatinegara, Jakarta Timur.

Dipaksa Rp 1,8 juta

Tiko menjelaskan, awalnya mereka naik angkutan umum Mikrolet M-04 jurusan Cililitan-Pulo Gadung. Mereka berangkat dari Terminal Pulo Gadung setelah jalan-jalan ke Kelapa Gading.

"Karena angkot berputar di depan LP Cipinang, dan tidak sampai stasiun kereta, maka kami turun di sana," kata Tiko di Mapolsektro Jatinegara.

Dari sana, mereka hendak berjalan kaki ke Stasiun KA Jatinegara, tempat pasar malam berada. "Belum jauh berjalan, ada tiga cewek nyamperin kita. Mereka narik-narik kita," kisah Tiko.

Tak lama, lanjutnya, ada 3 tukang ojek yang dipanggil para PSK itu. Para PSK itu langsung menarik mereka ke motor ojek. "Kami diajak muter dan tahu-tahu dibawa ke satu rumah petak," ungkap Tiko.

Setelah sampai di rumah kontrakan itu, para PSK lalu menyodorkan beberapa botol bir dan dua dus minuman berenergi. Sejumlah makanan ringan seperti kacang juga disediakan. "Saya bingung, karena enggak pesan apa-apa dibawain minuman dan makanan," ujar Tiko.

Menurut Tiko, mereka sudah menolak tawaran para PSK itu. Namun, karena terus dipaksa, mereka akhirnya meminum minuman itu sedikit. "Saya minum sedikit saja," aku Tiko.

Mereka lalu hendak pergi dan berpamitan. Saat itulah, para PSK mengeluarkan bon dan meminta para perantau lugu itu membayar minuman dan makanan ringan sebelum pergi.

"Dari bonnya kita disuruh bayar Rp 1.850.000. Saya kaget disuruh bayar segitu, larena cuma minum sedikit," papar Tiko.

Menurut Tiko, di bon itu tertulis juga biaya para PSK menemani mereka. "Harga sebungkus kecil kacang Rp 100.000. Ada uang parkir Rp 50.000. Padahal kita ke sana diantar ojek," kata Tiko.

Tiko menjelaskan, ia dan dua rekannya menolak membayar Rp 1,8 juta. Perdebatan terjadi. Mereka akhirnya pergi dan meninggalkan rumah kontrakan.

Melihat 3 perantau itu pergi, para PSK memanggil seorang pria. "Mereka panggil seorang lelaki, temannya. Orangnya kekar, tinggi, dan bertato di lengannya," tutur Tiko.

Dengan wajah garang, preman itu lalu menagih uang pembayaran kepada para perantau. Kehadiran sang preman membuat para perantau ketakutan. Sang preman lalu menggeledah isi kantung dan dompet mereka.

Dari ketiganya, sang preman menggasak uang Rp 317.000 dan 3 ponsel. "Uang saya Rp 107.000, uang Dwi Rp 105.000, dan uang Ahmad Rp 102.000. Totalnya 317.000 sama 3 HP kami," kata Tiko.

Menurut Tiko, sang preman mengatakan, 3 ponsel mereka itu menjadi jaminan agar para perantau melunasi utangnya. "Setelah semua uang dan HP kami dirampas, kami dibolehkan pergi," kata Tiko.

Kapolsek Jatinegara Komisaris Suminto mengakui masih mendalami kasus ini guna menangkap sang preman dan seorang PSK lagi yang ikut memeras para perantau yang ingin mengadu nasib itu. "Kami masih dalami kasusnya," katanya.

Razia lagi

Sementara itu, Wali Kota Jakarta Timur Murdhani berjanji akan kembali melakukan razia PSK di kawasan Cipinang, Jatinegara. "Juga warung remang-remang di sana akan kami tertibkan," tegas Murdhani saat halalbihalal dengan wartawan kemarin.

Menurut Murdhani, keberadaan PSK makin meresahkan karena sudah melakukan tindak kejahatan berupa pemerasan. Para PSK itu, tandas Murdhani, dipastikan selalu dibekingi sejumlah preman. Para preman itu dianggapnya seperti menantang aparat.

Murdhani akan bekerja sama dengan Polrestro Jakarta Timur untuk menggaruk para kupu-kupu malam itu. "Saya akan instruksikan Dinsos dan Satpol PP berkoordinasi. Yang terpenting penertban dilakukan bersama kepolisian," kata Murdhani.

Menurutnya, kerja sama dengan pihak kepolisian untuk menertibkan penyakit masyarakat menjadi kebutuhan masyarakat. "Berdasarkan pengalaman, jika hanya kami yang melakukan penertiban, akan terbentur preman-preman di sana. Makanya kami akan di-backup Polres Jaktim," pungkas Murdhani. BK/budi sl malau

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved