"Tidak mungkin menyamakan, tetapi perbedaan ini jangan terlalu senggang," ujar Ma'rfu Amin.
Serang SBY
Menurut Ma'ruf Amin, Presiden Jokowi sudah mampu membuat landasan untuk menghilangkan kesenjangan selama 5 tahun kepemimpanannya.
Cara-caranya itu dengan melakukan pembangunan infrastruktur sehingga disparitas (kesenjangan) bisa diperkecil.
"Kemudian juga melakukan penguatan-penguatan dengan yang beliau (Presiden Jokowi) sebut redistribusi aset. Redistribusi aset menurut beliau adalah sisa-sisa tanah di negara ini yang masih dimiliki, dibagikan kepada pengusaha-pengusaha kecil, koperasi, pesantren, sehingga mereka akan tumbuh menjadi pengusaha yang kuat," ujar Ma'ruf Amin.
Makanya,ujar Ma'ruf Amin, ketika ada orang mengatakan bahwa pada masa Presiden Jokowi pemerintah banyak memberikan tanah-tanah2 yang luas untuk dikuasai oleh sekelompok orang, Ma'ruf Amin mati-matian membantah hal tersebut.
"Saya katakan itu tidak benar. Pak Jokowi pernah bilang ke saya bahwa dia tidak pernah kasih 1 hektarpun tanah kepada konglomerat. Jadi saya bilang yang ngasih itu bukan pak Jokowi, tapi orang yang sebelumnya itu. Saya tidak tahu orangnya, pokoknya sebelumnya," kata Ma'ruf Amin.
Walaupun tak mau menyebut secara tegas siapa orang sebelumnya yang dimaksud Ma'ruf Amin alias berlagak pilon, tetapi hal itu cukup menjelaskan bahwa yang dimaksud Ma'ruf Amin adalah mantan Presiden SBY.
Hal itu lantaran berdasarkan data Greenomics, masa Presiden SBY memerintah merupaka masa dimana banyak perusahaan swasta di bidang perkebunan mendapatkan tanah.
Kompas.com pernah menulis bahwa Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, sekaligus mantan Menteri Kehutanan disebut oleh Greenomics sebagai Menteri Kehutanan yang paling banyak memberikan izin perkebunan lewat pelepasan kawasan hutan.