Prihatin Siswa SMPN 21 Tiap Hari Pakai Masker, Pihak Dinkes Usul Dipindah Dulu ke Sekolah Lain

“Maskernya harus basah, biar debu itu nempel. Jadi tidak terhirup debunya,

Editor: Dedy
Wartakotalive.com/Andika Panduwinata
Suasana di kelas 8i SMPN 21 Kota Tangerang pada Senin (15/7/2019) di hari pertama masuk sekolah. Mereka menutup mulut dan hidung menghindari debu - debu proyek Tol Kunciran - Bandara Soetta yang menyelinap masuk ke ruang kelas. 

Pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang menyarankan agar siswa siswi SMP Negeri 21 yang setiap hari menghirup debu proyek pembangunan Tol Kunciran-Bandara Soekarno Hatta, direlokasi saja ke sekolah lain.

“Ini lebih baik direlokasi. Kasihan anak-anaknya kalau belajar pakai masker terus. Kan masalahnya bukan pada menggunakan maskernya, tapi polutan di sekitar pembangunan itu,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspa Dewi, Rabu (17/7/2019) kepada Wartakotalive.com.

Dikatakan Liza, walaupun anak-anak menggunakan masker, tapi tetap saja untuk kedepannya dapat membahayakan kesehatan.

Sejak pihak sekolah mengajukan proposal permintaan masker, pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang langsung mengirimnya.

“Masker memang diberikan. Imbauan saya sebaiknya anak-anak menggunakan masker dengan bahan kain yang lembab,” ujar Liza.

Menurutnya, masker lembab itu untuk menghalau debu agar tak mengganggu pernafasan. Sehingga tak merusak organ - organ tubuh lainnya.

“Maskernya harus basah, biar debu itu nempel. Jadi tidak terhirup debunya,” ucapnya.

Liza juga menyarakan anak - anak harus mengganti masker setiap harinya. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi infeksi.

“Masker sekali pakai saja. Kalau dipakai terus malah menimbulkan penyakit,” kata Liza.

Seperti diberitakan, keberadaan siswa SMPN 21 Kota Tangerang memprihatinkan. Mereka belajar sambil menghirup debu proyek Jalan Tol Kunciran - Bandara Soekarno Hatta.

Belum diperlukan

Menanggapi usulan Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspa Dewi itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang, Masiati, mengatakan, proses relokasi belum diperlukan. Lantaran tidak ada tempat untuk pemindahannya.

“Mau direlokasi kemana? Tidak ada bangunan lagi. Ini terus kami lakukan pemantauan di lokasi proyek untuk proses penyiramannya,” kata Masiati saat dihungungi Warta Kota, semalam.

Masiati menyebut pihaknya juga meminta untuk membangun ruas jalan masuk ke sekolah kepada pengembang pembangunan Jalan Tol Kunciran - Bandara.

Saat ini, kata Masiati, pihaknya sedang mengkomunikasikan persoalan itu dengan pihak pelaksana proyek.

Dalam perjanjian itu, kata Masiati, pihak pelaksana proyek harus meminimalisir banyaknya debu yang bertebaran dengan cara melakukan penyiraman.

“Sudah dibuat perjanjiannya dan disetujui. Mereka harus menyiram area proyek tersebut terus menerus agar tidak banyak debu,” ucapnya.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved