Pilpres 2019

Debat Ke-4 Pilpres 2019, Kedua Capres Wajib Jelaskan Soal Kelompok Radikal Anti Pancasila

Kedua capres wajib menjelaskan kenapa kelompok radikal yang anti ideologi Pancasila bisa terakomodir, bahkan mendapat angin dalam euforia Pilpres 2019

Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Suasana saat berlangsungnya debat capres yang dilaksanakan untuk bagian kedua di Jakarta, Minggu (17/2/2019). 

Debat Ke-4 Pilpres 2019, Kedua Capres Wajib Jelaskan Soal Kelompok Radikal Anti Pancasila

KETUA Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menjelaskan bahwa debat ke-4 Pilpres 2019 pada Sabtu (30/3/2019) malam ini menjadi sangat penting bagi kedua capres.

Sebab tema dalam debat capres keempat kali ini adalah 'Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan, serta Hubungan Internasional'.

Menurut Neta, kedua capres wajib menjelaskan kenapa kelompok radikal yang anti ideologi Pancasila bisa terakomodir, bahkan mendapat angin dalam euforia Pilpres 2019 kali ini.

"Sehingga kelompok radikal itu bebas mengibarkan semangat anti bhineka tunggal Ika saat ini. Jadi penjelasan mereka sangat penting dalam debat, di tengah berkembang biaknya kelompok radikal anti ideologi Pancasila, eks teroris, dan para preman jalanan," kata Neta kepada Wartakotalive.com, Sabtu (30/3/2019).

Agar Suasana Kondusif, Polisi Imbau Pendukung Capres Tak Gelar Nobar Debat Capres

506 Persenel Amankan Debat Capres Keempat di Hotel Shangri La, Tak Ada Pengalihan Arus Lalu Lintas

Dalam debat capres keempat ini, kata Neta, kedua capres harus menyadari bahwa dalam euforia pilpres 2019 sudah berkembang biak dan berkamuflase kelompok radikal anti Pancasila, eks teroris, dan preman jalanan.

"Seolah olah mereka adalah kekuatan capres tertentu. Kelompok ini seolah berperan penting untuk memenangkan capres tersebut. Padahal manuver kelompok ini merupakan potensi ancaman keamanan, apalagi kelompok ini makin nekat melakukan aksi door to door," kata Neta.

Bagaimana pun, kata Neta, Polri sebagai institusi penjaga keamanan harus mencermati,
mendeteksi dan mengantisipasinya serta melakukan pagar betis terhadap manuver kelompok ini.

"Dan kemudian melakukan sapu bersih. Sebab sudah menjadi tugas polri sebagai aparatur negara untuk mengawal, mengamankan dan menjaga kelangsungan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila sebagai ideologi negara," katanya.

Numun Ironisnya, ujar Neta saat jajaran kepolisian melakukan tugasnya ini mereka dituding seolah olah tidak netral dan ikut terlibat dalam kepentingan politik praktis.

"Dalam kasus ini IPW berharap kedua capres melihat situasi ini dengan jernih dan jangan terprovokasi ulah kelompok-kelompok yang hendak mendegradasi Bhineka Tunggal Ika dan mendegradasi hasil Pilpres demi tujuan penghancuran ideologi Pancasila," paparnya.

Menurut Neta dalam UUD 45 ditegaskan keamanan adalah menjadi tugas kepolisian, sedangkan pertahanan adalah tugas TNI.

"Selama ini, baik di era SBY maupun di era Jokowi, penanganan keamanan yg dilakukan Polri sudah cukup baik. Indonesia relatif aman, meski di sana sini masih ada keluhan publik terhadap sikap perilaku anggota kepolisian dalam menjaga keamanan.Tapi secara umum keamanan Indonesia relatif stabil," katanya.

Minta Segera Gelar Perkara Terkait Pemukulan di Pondok Indah, Ronny Kosasih Kirim Surat Jokowi

Sempat Lecehkan Suku Nias Terkait Pembunuhan Calon Pendeta Melinda, Akun Siboru Nadangol DIlaporkan

Vanessa Angel Dikawal Ketat Polisi saat Dipindah ke Tahanan Kejari, Mana Rian?

Kemudian kata Neta dalam hal pemberantasan terorisme masyarakat dunia mengakui kinerja polri.

"Namun dalam pemberantasan narkoba, Polri masih kedodoran karena masih banyak oknum Polri maupun di luar Polri yang bermain main dengan narkoba dan mendapat manfaat dari sana," katnya.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved