11 Murid yang Sawer Guru di SMP Maha Prajna Tidak Menerima Sanksi
Murid-murid tersebut tidak diberikan sanksi mengingat mereka merupakan siswa kelas IX yang sebentar lagi akan mengIkuti ujian nasional (UN).
Penulis: Junianto Hamonangan |
Pihak Suku Dinas Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Utara bersama dengan SMP Maha Prajna memutuskan untuk tidak memberikan sanksi apapun terhadap 11 murid yang sawer seorang guru perempuan dalam video viral Jumat (22/3/2019) lalu.
Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Utara, Momon Sulaeman mengatakan, murid-murid tersebut tidak diberikan sanksi mengingat mereka merupakan siswa kelas IX yang sebentar lagi akan mengIkuti ujian nasional (UN).
“Sementara sih nggak ada sanksi, karena kan anak itu mau ujian nasional, nanti dia tertekan. Sekarang aja mereka sudah tertekan, sudah stres,” katanya, Rabu (27/3/2019).
Sanksi justru diberikan kepada pihak yayasan dan pengelola SMP Maha Prajna. Sanksi yang diberikan kepada pihak yayasan dan pengelola yakni berupa teguran supaya ada perbaikan manajemen sekolah.
“Kami memberikan teguran kepada sekolah dan yayasan saja untuk memperbaiki manajemen sekolahnya. Karena manajemen sekolah itu kan berpengaruh terhadap hal tersebut,” kata Momon.
Momon menjelaskan, ada tiga hal mendasar yang harus diperbaiki terkait manajemen sekolah agar peristiwa serupa tidak terulang kembali yakni sistem rekrutmen guru, kegiatan belajar mengajar, dan sistem penggajian guru.
“Pertama, rekrutmen gurunya kan bolak-balik, guru masuk keluar. Yang kedua, pada saat pembelajaran, seharusnya jamnya itu dipersiapkan dengan baik, kemudian dari suasana kelasnya, kemudian dari sistem penggajian juga. Memang di situ kan ada 71 siswa, sementara gurunya di situ hanya ada 14,” katanya.
Sementara pembenahan manajemen sekolah akan diawasi secara ketat. Selain itu petugas dari Suku Dinas Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Utara juga akan mendatangi sekolah selama tiga kali dalam seminggu.
“Dikasih kesempatan selama setahun untuk memperbaiki manajemennya itu. Kalau setahun nggak diperbaiki, ya bisa digabung dengan sekolah lain atau di-take down gitu,” ucap Momon.