Jakarta Kota Intoleran Nomor Tiga di Indonesia, Sandiaga Uno Sarankan Warga DKI Sering Main Basket

CALON wakil presiden Sandiaga Uno buka suara terhadap hasil penilaian Setara Institute terkait 10 kota paling toleran di Indonesia.

TRIBUNNEWS/REZA DENI
Sandiaga Uno seusai bermain basket di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Sabtu (8/12/2018). 

CALON wakil presiden Sandiaga Uno buka suara terhadap hasil penilaian Setara Institute terkait 10 kota paling toleran di Indonesia.

Dalam penilaian itu, Jakarta tidak masuk dalam daftar 10 besar kota yang paling toleran. Sandiaga Uno yang merupakan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, melontarkan guyonan bahwa warga Jakarta harus lebih sering bermain basket agar menjadi lebih toleran.

"Karena kalau main basket itu toleransi banget, ada dari beribu-ribu suku sampai bule. Kita sangat toleran kalau main basket," kata Sandiaga Uno di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Sabtu (8/12/2018).

Atasi Banjir Rob di Penjaringan, Senin Pekan Depan Ribuan Karung Pasir Didrop

Dalam olahraga basket, kata Sandiaga Uno, penghargaan terhadap perbedaan dan keberagaman sangat tinggi.

"Ada habib, ada koh Aseng, ada Sunda, dari berbagai pilihan agamanya berbeda-beda, enggak ada masalah," ujar Sandiaga Uno seraya memperkenalkan kawan-kawannya.

Namun, Sandiaga Uno mengatakan temuan tentang Jakarta yang kurang toleran ini menjadi PR tersendiri bagi dirinya, dan akan terus menggenjot supaya Jakarta semakin toleran dengan ukuran yang dapat disepakati bersama.

Punya 42 Ribu Peraturan, Indonesia Alami Obesitas Regulasi

"Olahraga itu mempersatukan kita," ucapnya.

Sebelumnya, DKI Jakarta masih tak bergeser dari julukannya sebagai kota intoleran. Hal itu diketahui berdasarkan Indeks Kota Toleran (IKT) 2018 yang diterbitkan Setara Institute.

Ada empat variabel yang digunakan sebagai alat ukur indikator toleransi dalam tata kelola kota, yaitu regulasi pemerintah kota, tindakan pemerintah, regulasi sosial, dan demografi agama.

Jokowi Minta Rest Area Tol Dikuasai Produk Lokal

Dibandingkan indikator tahun sebelumnya, terdapat penambahan variabel regulasi sosial, yaitu berupa indikator dinamika masyarakat sipil dan pada variabel demografi agama, yaitu berupa inklusi sosial keagamaan.

Hasilnya, DKI berada di peringkat 92 dari 94 kota yang menjadi objek studi penelitian yang dilakukan, dengan nilai 2,88. Di bawahnya ada Banda Aceh dan Tanjung Balai. (Reza Deni)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved