Rupiah Terpuruk, Perajin Tahu di Tangerang Kurangi Jumlah Produksi
Terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), membuat para perajin tahu tradisional risau.

TERPURUKNYA nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), membuat para perajin tahu tradisional risau.
Mereka yang mayoritas berlokasi di Desa Pondok Jaya, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, menceritakan kegetirannya.
Mereka menurunkan jumlah produksi tahu harian, setelah nilai tukar rupiah terhadap dolar terus melemah. Sebab, bahan baku yang digunakan para perajin tahu ini merupakan kedelai impor.
Baca: Rupiah Melemah, Perajin Tempe Galau
“Menjaga stok kedelai yang ada, terpaksa kami turunkan jumlah produksi. Karena kekhawatiran akan naiknya harga kedelai baru setelah kenaikan dolar,” ujar Salam (40), perajin tahu yang sudah menggeluti usahanya secara turun-temurun, saat berbincang hangat dengan Warta Kota, Rabu (5/9/2018).
Berdasarkan kapasitas harian produksi tahu usahanya tersebut, Salam menerangkan harga kedelai stabil seperti stok harga kemarin yang berada di angka Rp 7.500 per kilogram, dirinya mampu memproduksi tahu dengan bahan baku kedelai 300 kilogram per hari.
"Tetapi untuk saat ini guna menunggu kepastian harga kedelai baru setelah naiknya dolar, terpaksa kami mengurangi jumlah produksi sebanyak 50 persen, yaitu hanya 150 kilogram per harinya,” tuturnya.
Baca: Rupiah Melemah, Wiranto: Pemerintah Enggak Usah Didesak-desak
Senada dengan Salam, Lie (33), perajin tahu lainnya, mengungkapkan hal yang sama. Dirinya masih menunggu kepastian harga kedelai baru setelah dolar semakin perkasa atas rupiah.
“Sambil menunggu harga kedelai baru, untuk saat ini kami menyiasatinya dengan menghemat pemakain stok kedelai harga lama. Sebab, nilai jual tahu di pasaran belum ada kenaikan,” papar Lie.
Menyikapi fenomena tersebut, guna menjaga keberlangsungan usahanya, para perajin tahu tidak mau berspekulasi, apalagi menaikkan harga atau mengurangi volume tahu buatannya.
Baca: Rupiah Melemah, Darmin Nasution: Jangan Dibandingkan dengan 20 Tahun Lalu
“Kalau kami kurangi ukurannya, maka secara otomatis tahu produksi kami akan ditinggalkan pembeli,” jelasnya.
Demi melestarikan keberlangsungan usaha yang sudah dijalankan turun-temurun tersebut, Lie hanya bisa berharap kepedulian pemerintah menjaga stabilitas harga kedelai.
“Semoga pemerintah bisa mengambil kebijakan yang bisa memberikan solusi terhadap keberlangsungan para perajin tahu yang masih bergantung pada bahan baku kedelai impor,” harap Lie. (*)
-
Ani Yudhoyono Sakit Kanker Darah, Ini 10 Makanan yang Bisa Mencegah Kanker Darah
-
Rizal Ramli Bocorkan Alasan Rupiah Menguat Sepekan Terakhir, Said Didu: Rentenir
-
Dua Kendala Melanda Perajin Tahu Tempe Indonesia
-
Komoditas Pajale Ditargetkan Produksi 119,8 Ton Tahun Depan
-
Persediaan Kedelai Diklaim Aman Jelang hingga Pasca Natal dan Tahun Baru