Breaking News

Info Keislaman

Habib Luthfi bin Yahya Jelaskan Siapa yang Berhak Menyandang Gelar Ulama Sesuai Ajaran Nabi

Tidak sembarangan orang menyebut gelar ulama. Ulama senantiasa mengisi sendi-sendi kehidupan dengan laku positif.

Editor: Suprapto
tribunnews.com
Sejumlah orang berunjuk rasa menuntut jangan ada perlakukan kriminalisasi terhadap ulama. 

KETIKA Rasulullah SAW telah wafat, para sahabat menjadi rujukan umat dalam setiap urusan, baik menyangkut agama, politik, dan sosial.

Setelah sahabat tidak ada, generasi selanjutnya ialah tabi’in yang disebut juga generasi salaf, atau yang sering disebut salafus shalih.

Setelah generasi salaf tidak ada, maka muncul ulama mutaqaddimin.

Mereka semua mendapat pengakuan langsung dari Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Baca: Jokowi Dapat Dukungan dari Takmir Masjid, Ulama dan Santri se-Jabodetabek

Baca: Apa yang Harus Dilakukan Makmum saat Imam Baca Surat Pendek, Ini Hadis Nabi dan Pendapat Ulama

Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan dalam bukunya Secercah Tinta (2012) mengungkapkan, predikat yang diberikan Rasulullah kepada generasi berikutnya ialah ulama’i ka an-nabi bani isra’il (ulama dari kalangan umatku seperti para Nabi di kalangan Bani Israil).

Dari pengakuan dan predikat yang dinyatakan langsung oleh Nabi Muhammad tersebut menegaskan keistimewaan ulama dari kalangan umat Nabi SAW yang sebanding dengan Nabi di kalangan Bani Israil.

Dari petunjuk tersebut, tidak ada alasan bagi umat Nabi Muhammad untuk tidak mengikuti ulama yang merupakan pewaris para Nabi (al-ulama waratsatul anbiya).

Baca: Penjelasan KPK soal Inneke Koesherawati Terkait OTT Kalapas Sukamiskin

Baca: Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Membenarkan Fasilitas Narapidana Korupsi

Kriteria ulama yang dapat diikuti tentu saja yang mewarisi akhlak Nabi Muhammad dan mampu mewujudkan kehidupan yang lebih baik dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya, tidak membuat kerusakan di muka bumi, mampu hidup berdampingan dengan sesama makhluk Allah SWT, dan lain sebagainya.

Istilah ulama sendiri merujuk kepada seseorang yang mumpuni dalam bidang ilmu agama, berakhlak baik, menjadi teladan hidup bagi masyarakat, dan sifat-sifat mulia lainnya.

Ulama senantiasa mengisi sendi-sendi kehidupan dengan laku positif yang berdampak kebaikan secara luas.

Keberadaan ulama mendatangkan rahmat, bukan laknat.

Dakwahnya juga merangkul, bukan memukul, mengajak bukan mengejek.

Hadits Riwayat Ad-Dailami dari Anas r.a, Rasulullah SAW bersabda: ittabi’ul ulama’a fainnahum suruuhud dunyaa wamashaa biihul akhirah.

“Ikutilah para ulama karena sesungguhnya mereka adalah pelita-pelita dunia dan lampu-lampu akhirat.” (HR Ad-Dailami)

Hadits di atas tentu saja semakin memperkuat pengakuan Rasulullah terhadap para ulamanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved