Sudirman Said Pakai Slogan Pahlawan 'Pak Dirman', Begini Tanggapan Imin dan Moeldoko

“Selaku mantan prajurit, saya harap penggunaan hashtag semacam itu perlu dipertimbangkan,” kata Moeldoko,

Editor: Ahmad Sabran
Istimewa
Sudirman Said. 

Pilkada Jawa Tengah dinilai sebagai salah satu wilayah yang rawan terjadi gangguan kamtibmas di masyarakat. Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar meminta masing-masing tim sukses menjaga keharmonisan.

"Semua harus semakin dewasa,” ujarnya usai menghadiri acara peringatan Nuzulul Quran dan Hari Lahir Pancasila di markas Gerakan Pemuda (GP) Ansor, akhir pekan (2/6/2018) malam.

Imbauan itu ia sampaikan karena ada kalanya kontestasi Pilkada menyebabkan ketegangan di masyarakat. “Contohnya di DKI, semoga tidak terjadi lagi,” kata pria yang akrab disapa Cak Imin itu kepada wartawan.

Contoh lain yang juga ia sebutkan adalah perang di media sosial, khususnya yang sempat terjadi di Jawa Tengah, beberapa hari lalu.

Ketika itu, mengemuka tagar yang sampai menyinggung nama Panglima Jenderal Besar Soedirman. “Masing-masing harus saling menjaga iklim. Jangan saling menyerang,” kata Cak Imin.

Jenderal (purn) Moeldoko, yang juga hadir dalam acara di GP Ansor itu pun turut berkomentar mengenai nama Jenderal Soedirman yang ikut terbawa dalam ‘perang’ antar calon kepala daerah di Jawa Tengah itu.

“Selaku mantan prajurit, saya harap penggunaan hashtag semacam itu perlu dipertimbangkan,” kata Moeldoko, yang kini menjadi Kepala Kantor Staf Presiden (KSP).

Lebih lanjut, ia menyarankan kepada seluruh kandidat yang sedang bersaing di Pilkada, maupun tim pendukungnya, untuk tidak mengeksploitasi tokoh-tokoh nasional. Apalagi pahlawan sebesar Jenderal Soedirman. “Pak Dirman adalah panglima yang berkarakter. Bisa menginspirasi seluruh prajurit. Jangan eksploitasi nama besar beliau untuk kepentingan politik praktis,” kata Moeldoko, yang mantan Panglima TNI ini.

Pada kesempatan berbeda, mantan Panglima TNI, Jenderal (purn.) Endriartono Sutarto mengingatkan semua pihak bahwa hari lahir Pancasila 1 Juni kemarin bisa jadi momentum untuk menjaga kebhinekaan. “Apalagi sekarang di tahun politik, pasti ada orang yang berpihak pada calon a,b,c, itu wajar,” kata Endriartono kepada wartawan.

Oleh karena itu, menurut Endriartono, pengelompokan atau keberpihakan pada salah satu pasangan calon dalam Pilkada nanti tidak langsung memecah belah masyarakat. “Itu hanya sekadar pilihan. Setelah Pilkada selesai, ya selesai juga,” katanya lagi. Lebih lanjut, dalam hal pilihan politik, Endriartono ingin agar setiap warga negara memilih berdasarkan kemampuan para calon pemimpinnya. Bukan sekadar karena primordialisme suku atau agama tertentu.

“Sejak awal, oleh para founding father kita, sudah dipahami bahwa kita terdiri dari beberapa suku, agama, ras. Kemudian, dicetuskanlah satu motto. Bhineka Tunggal Ika,” pungkasnya.

H.Yaqut Cholil Qoumas, ketua umum GP Ansor dan juga tokoh masyarakat asal Rembang, Jawa Tengah, juga mengungkapkan harapannya kepada para tim kampanye di kampung halamannya.

“Masyarakat jangan terlalu larut dalam kontestasi. Karena siapa pun yang terpilih, itulah yang terbaik untuk Jawa Tengah,” kata Gus Yaqut, selaku tuan rumah acara peringatan Nuzulul Quran, Sabtu, kemarin.

Sebelumnya, lini massa di media sosial Twitter sepekan belakangan ramai dengan perang tagar antara #GanjarKalahPrabowoMenang dengan #GanjarTakTakutPakDirman. Dua tagar yang sempat menjadi topik terpopuler (trending topic) nomor satu Indonesia itu membuat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah kian memanas.

Disinggung soal penggunaan kata Sudirman Said menjadi ‘Pak Dirman’ yang mengacu pada nama Jenderal Besar Sudirman,
Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan penggunaan slogan Pak Dirman oleh cagub Jateng Sudirman Said dinilai sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak popularitas nama. 

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved