Mawar De Jongh Tertantang jadi Cengeng dan Tidak Punya Teman

Mawar De Jongh (16) senang dirinya dilibatkan dalam karya film yang bertajuk 'Bumi Manusia' karya Hanung Bramantyo bersama Falcon Pictures.

Penulis: Arie Puji Waluyo |
WARTA KOTA/ARIE PUJI WALUYO
Mawar de Jong 

ARTIS peran Mawar Eva De Jongh alias Mawar De Jongh (16) senang dirinya dilibatkan dalam karya film yang bertajuk 'Bumi Manusia' karya Hanung Bramantyo bersama Falcon Pictures.

Kesenangan Mawar tersebut dikarenakan setelah ia diterima casting, dirinya baru mengetahui bahwa Bumi Manusia, sebelumnya booming mnelalui novel sastra karta Pramoedya Ananta Tour.

Saat diterima casting, Mawar mengatakan ia berperan sebagai Anelis, seorang wanita yang diartikan cukup lemah.

Anelis sendiri diakui oleh Mawar merupakan perempuan yang cengeng, yang mudah menangis ketika disakiti oleh orang-orang.

"Kesamaan aku dengan Anelis yah kita sama-sama perempuan. Anelis wanita yang cengeng jika disakitin orang Perempuan mana sih yang nggak cengeng," kata Mawar De Jongh.

Hal itu ia katakan ketika ditemui dalam rilis film 'Bumi Manusia' yang dilakukan oleh Hanung dan Falcon Pictures di lokasi syuting, di Desa Gamplong, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (24/5/2018).

Karakter Anelis diakui Mawar hampir sama dengan dirinya. Terlebih, Mawar dan Anelis sama-sama tidak memiliki teman.

"Aku juga cengeng kebocahan dan aku ngerasa sensitif dan aku nggak punya banyak teman," ucapnya.

Lanjut Mawar, namun itu menjadi tantangan baginya menjadi Anelis, agar pecinta novel sastra Bumi Manusia bisa mempercayainya untuk memerankan Anelis.

"Pastinya senang banget terlibat. Enggak butuh waktu lama aku untuk menerima saat lulus casting. Karena karakternya tantangan buat aku," ujar Mawar De Jongh.

Setelah sukses dengan film-film sebelumnya, Falcon Pictures menghadirkan film berjudul Bumi Manusia, yang diangkat dari novel mahakarya sastrawan Pramoedya Ananta Toer, buku pertama dari Tetralogi Buru, yang telah sukses dicetak dalam 43 bahasa di seluruh dunia.

Novel Bumi Manusia sendiri ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer ketika ia mendekam di tahanan pulau Buru. Ia menggunakan kertas bekas bungkusan semen untuk menulis kisah Bumi Manusia, sebelum dituliskan pada tahun 1975.

Tahun 1980, novel Bumi Manusia sempat beredar bebas, hingga pada tanggal 29 Mei 1980 novel ini dilarang oleh Jaksa Agung.

Novel ini menceritakan kisah roman Minke, seorang pribumi di zaman kolonial Belanda, yang jatuh cinta kepada Annelies, anak blasteran seorang Belanda dengan seorang nyai bernama Nyai Ontosoroh.

Ceritanya sendiri berlatar belakang Kebangkitan Nasional sekitar tahun 1890-1918.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved