Aroma Serai Munculkan Kesan Mistis di Pameran Pramoedya Ananta Toer
Sejumlah barang pribadinya pun ikut dipamerkan dalam ilustrasi ruang kerjanya, termasuk rokok terakhirnya.
SALAH satu ruangan di pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip mengajak pengunjung untuk merasakan pengalaman berada di ruang kerja sastrawan Pramoedya Ananta Toer.
Sejumlah barang pribadinya pun ikut dipamerkan dalam ilustrasi ruang kerjanya, termasuk rokok terakhirnya.
Pameran yang digelar di Dia.lo.gue, Kemang, Jakarta Selatan ini sudah berjalan sejak 17 April 2018 dan akan berakhir tanggal 20 Mei 2018.
Dalam ruangan khusus sebesar sekitar 3x4 meter itu, barang pribadi milik Pram seperti mesin ketik, kursi, sarung, kemeja favorit, dan rokok ditata sedemikian rupa agar menyerupai ruang kerja sang penulis tetralogi Pulau Buru tersebut.
Gede, salah satu volunteer pameran menjelaskan bahwa memang hampir semua barang di ruangan itu adalah milik Pram sendiri yang masih disimpan oleh keluarganya.
“Rokoknya itu juga adalah rokok terakhir Pram,” ungkap Gede.
Ruangannya pun diiringi oleh musik karya Ricki Leonardi berjudul “Bunga Penutup Abad”. Selain mata dan telinga, dalam ilustrasi ruang kerjanya juga terdapat aroma yang khas.
Aroma tersebut diketahui berasal dari serai. Akibat dari aroma yang khas, beberapa pengunjungpun kemudian mencoba menyangkutkannya dengan hal mistis.
“Itu asalnya dari serai,” tutur Gede.
“Tadi ada pengunjung anggap aroma itu berhubungan sama mistis, padahal ngga ada hubungannya sama sekali,” lanjutnya.
Dikuratori oleh Engel Tanzil, pameran ini menampilkan arsip, catatan, dan barang pribadi Pramoedya Ananta Toer. (M19/Zaki Ari Setiawan)