Survei LSI Sebut Elektabilitas Partainya Salip Golkar, Fadli Zon Yakin Gerindra Menangi Pemilu 2019
Fadli mengatakan, pihaknya tengah bekerja keras memenuhi target menjadi pemenang pemilu.
WARTA KOTA, SENAYAN - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon angkat bicara soal survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebut elektabilitas Partai Golkar disalip Partai Gerindra.
Fadli mengatakan, pihaknya tengah bekerja keras memenuhi target menjadi pemenang pemilu.
"Tapi tentu harus melalui proses kerja keras. Kita yakin dengan strategi tepat dan kerja keras, Gerindra saya yakin bisa jadi pemenang pemilu," kata Fadli kepada wartawan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/12/2017).
Baca: Warga Kebon Pala Sudah Biasa Kebanjiran
Pelaksana tugas (Plt) Ketua DPR RI ini mengaku tidak mau memanfaatkan situasi internal Golkar yang tengah bermasalah.
"Kami tidak ingin memanfaatkan, kalau misalnya ada kekisruhan atau konflik di partai. Saya kira itu merugikan semua pihak, termasuk mitra dalam demokrasi. Kami ingin berharap semua berjalan baik," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, elektabilitas Partai Golkar disalip oleh Partai Gerindra. Hasil ini berdasarkan survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia pada 1-14 November 2017.
Baca: Jahitan Belum Kering, Suami Olla Ramlan Minta Bikin Anak Lagi
Saat responden ditanya partai mana yang akan dipilih apabila pemilu dilakukan saat ini, sebanyak 24,2 persen menjatuhkan pilihan kepada PDI-P.
Gerindra berada di urutan kedua dengan 13,0 persen, sedangkan Partai Golkar di urutan ketiga dengan 11,6 persen.
"Pertama kalinya dalam sejarah, Golkar terancam terlempar ke urutan ketiga," ucap peneliti LSI Ardian Sopa, saat merilis hasil survei di kantornya di Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Baca: Minim Penerangan Jadi Penyebab Kecelakaan di Depan Taman BMW
Ardian menilai, hasil survei ini jelas bentuk ancaman bagi Golkar. Sebab, partai beringin selalu menduduki peringkat pertama atau kedua dalam pemilu. Pada Pemilu 2014, Golkar masih menduduki peringkat kedua dengan 14,75 persen.
Ardian menilai, turunnya elektabilitas Partai Golkar tak terlepas dari konflik internal berkepanjangan yang terjadi di tubuh partai tersebut.
Selain itu, kasus hukum yang menjerat ketua umumnya, Setya Novanto, juga berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas Golkar.