Fahri Hamzah: Masalah Kita Bukan Kebinekaan, tapi Ketidakadilan dan Timpangnya Hukum

Diiringi pantun berkali-kali, Fahri Hamzah dipersilakan berbicara di depan masyarakat adat se-Sumatera Utara.

Kompas.com
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah (kiri) memimpin rapat paripurna membahas revisi UU No 17/2014 tentang UU MD3, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/11/2014). 

WARTA KOTA, PALMERAH - Diiringi pantun berkali-kali, Fahri Hamzah dipersilakan berbicara di depan masyarakat adat se-Sumatera Utara.

Fahri hadir dalam kegiatan Buka Puasa Bersama Fahri Hamzah Bersama Masyarakat Adat Sumut, Rabu (31/5/2017), di Penang Corner Medan.

Tampak hadir dalam acara tersebut, Gema Padang Lawas, IMASOS, DPP Pujakesuma (Putera Jawa Kelahiran Sumatera), FMIPTI Pattani Thailand, FKWJ Deli Serdang, DPW JBMI Sumatera Utara, Lembaga Budaya Melayu Tuah Deli, dan Gerakan Bela Negara Sumut.

Dalam pidatonya, Fahri menyampaikan beberapa hal. Pertama, masyarakat yang semakin demokratis akan menciptakan kelas menengah lebih besar.

"Demokrasi harus kita dorong menuju kematangannya," kata Fahri dalam keterangan tertulis, Kamis (1/6/2017).

Kedua, kekuasan yang otoriter jangan sampai diulang di zaman ini.

"Sudah cukup kita merasakan penderitaan tak bebas berbicara dan berkumpul karena ketatnya rezim mengatur kehidupan sosial kita di masa lalu," ujar Fahri.

Ketiga, new economic policy Indonesia harus berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

"Bukan serampangan membangun kebijakan populis tapi tak terukur," ucapnya.

Fahri Hamzah menyampaikan, masyarakat harus terus menjunjung adat dan kearifan budaya yang terbukti mampu menjaga dari empasan gelombang liberalisme.

Fahri mengingatkan peserta agar jangan gampang diadu domba, di tengah derasnya informasi di media sosial. Menurutnya, hiruk pikuk yang melanda bangsa ini, dipermainkan sedemikian rupa oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Seolah-olah ada masalah dengan Pancasila dan Kebinekaan kita. Padahal, masalah kita bukan Kebinekaan, tapi ketidakadilan. Timpangnya hukum," tambah Fahri.

Pada sesi terakhir, Fahri Hamzah membacakan pantun yang merupakan tradisi khas di Sumatera:

Jalan-jalan ke kota Medan
Membawa bunga pujaan hati
Ayo terus serukan persatuan
Kita tak mempan diprovokasi

Bunga Cendana putih warnanya
Penghias taman di belakang rumah
Jika hati kita saling mencinta
Maka tak mungkin bisa dipecah

Lembayung senja di taman kota
Berwarna merah bercampur jingga
Indonesia indah negeri kita
Takkan menyerah terus kita jaga

Acara penuh nuansa kekeluargaan tersebut akhirnya ditutup dengan buka puasa bersama dan salat magrib berjamaah. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved